Saya masuk ke areal karpet berwarna hijau. Itulah kawasan Raudhah. Tidak luas memang.
Saya dan H Imat sudah tidak dapat barisan (shaf). Kami pun berpisah mencari tempat sendiri. Ikhtiar untuk dapat menunaikan sholat di Taman Surga.
Saya minta izin ke jamaah yang sedang duduk dalam barisan. Minta izin diberi ruang untuk sholat.
Menggunakan isyarat gerakan tangan takbir, ternyata dimengerti oleh jamaah iti.
Baca Juga:Pantas Berada di Final Euro 2024, Luis de la Fuente Tegaskan Spanyol Tidak Menang dengan Cuma-CumaInilah Harga Skuad Inggris dan Spanyol Jelang Final Euro 2024, Apakah yang Termahal Menjadi Penentu Juara?
Jamaah tersebut saya duga asal dari kawasan Arab-Afrika kalau melihat wajah dan postur tubuhnya. Dia mengangguk dan menggeser duduknya.
Jadinya ada sedikit ruang cukup untuk saya sholat. Saya tunaikan sholat tahajud dua rakaat. Lalu salat lagi rakaat berikutnya.
Selesai, saya mengangguk ke jamaah yang sudah memberi ruang untuk saya bisa sholat. Dia tersenyum.
Saya duduk menggeser dekat tiang. Keluar dari barisan yang sudah ditempati jemaah itu.
Saya pun harus berhimpitan dengan sesama orang yang tidak mendapat barisan di Raudhah.
Sampai menjelang adzan Subuh berada di Raudhah. Begitu adzan Subuh berkumandang, H Imat Ruhimat memberi isyarat untuk keluar area Raudhah.
”Kita di barisan belakang Raudhah untuk sholat Subuh. Nanti selesai Salat Subuh bersiap masuk ke Raudhah lagi karena akan ditutup,” komandonya.
Baca Juga:Dari Berlin ke Berlin, di Balik Perjalanan Penting Spanyol Hingga ke Final Euro 2024AS Roma Siapkan Dana Segar untuk Gaet Bintang Muda Swedia dan Spanyol
Benar saja. Selesai Salat Subuh petugas masjid Nabawi langsung menarik pemisah Raudhah.
H Imat memberi isyarat untuk langsung masuk ke area Raudhah lagi. Saya ikuti. Berhimpitan jadinya dengan jamaah lain.
”Ambil Al Qur’an. Mengaji saja, atau berdoa. Nanti menjelang dhuha sholat. Kalau lagi sholat tidak akan diusir askar,” komando pria bertubuh gempal itu.
Rasanya puas sekali. Berkesempatan berlama-lama di Taman Surga. Segala doa saya panjatkan.
Linangan air mata tiada terbendung. Bercucuran sepanjang berdoa itu. Benar-benar tidak terbendung.
Raudhah dahulunya itu areal antara rumah Rasulullah dan mimbar masjid Nabawi.
Di areal itu Rasulullah menyampaikan kalau doa-doa mustajab dipanjatkan di situ.
Makanya Raudhah selalu jadi tujuan jamaah haji dan umroh ketika ke Madinah.