Oleh: Dadan Alisundana
Saya membisu. Saat sahabat saya Mas Joko Sudarmawan video call dari dalam Masjid Nabawi, Kota Madinah, Jumat, 12 Juli 2024.
Saya sedang di rumah. Pakaian santai kaos oblong bertuliskan Persebaya. Kaos hadiah ibundanya owner klub yang dikenal suporter boneknya itu.
Mas Joko Sudarmawan mendekatkan wajahnya ke HP. Lalu berbisik memberitahu di belakang dirinya adalah makam Baginda Rasulullah saw.
Baca Juga:Pantas Berada di Final Euro 2024, Luis de la Fuente Tegaskan Spanyol Tidak Menang dengan Cuma-CumaInilah Harga Skuad Inggris dan Spanyol Jelang Final Euro 2024, Apakah yang Termahal Menjadi Penentu Juara?
Mas Joko memindahkan kamera HP depan menjadi kamera belakang. Tampak banyak jamaah yang terekam saat dia memutar arah HP-nya
Sampai akhirnya berhenti. Terlihatlah di layar HP saya makam Rasulullah yang berada di sisi kiri Raudhah.
Saya masih ingat letak makam itu di sisi kiri Raudhah. Taman Surga. Satu tempat mustajab berdoa.
Lidah ini makin kelu. Teringat 12 tahun silam saya ada di sana. Di sisi makam Rasulullah. Di taman surga itu.
”Assalamualaika Ya Rasulullah,” kalimat itu spontan saya ucapkan lirih. Suara ini tercekat di tenggorokan.
Pandangan mata saya memudar. Terhalang genangan air mata yang tak terbendung.
Saya tidak dapat berkata-kata. Pikiran dan seluruh kesadaran serasa tertarik ke Madinah.
Baca Juga:Dari Berlin ke Berlin, di Balik Perjalanan Penting Spanyol Hingga ke Final Euro 2024AS Roma Siapkan Dana Segar untuk Gaet Bintang Muda Swedia dan Spanyol
Saya biarkan keadaan ini. Menikmati perpindahan pikiran dan kesadaran menjadi serasa di Masjid Nabawi. Di samping Rasulullah.
Saya kumpulkan segala ingatan 12 tahun silam. Tentang rasanya ketika bersimpuh di Raudhah, di dekat makam Rasulullah.
Saya teringat 12 tahun silam. Bersama sahabat H Imat Ruhimat. Pengusaha sukses oleh-oleh serta perlengkapan ibadah haji.dan umroh.
H Imat yang kadang dua kali dalam setahun umrah, tahu betul bagaimana agar dapat berada di Raudhah berlama-lama.
Lebih satu kali kala itu dapat beribadah di Raudhah semau saya. H Imat Ruhimat membangunkan saya pukul 02:30 waktu Madinah.
Dari hotel bergegas menuju Masjid Nabawi. Setiba di masjid belum begitu ramai jamaah.
Saya mengikuti langkah tegap H Imat Ruhimat menuju Raudhah. Nah, sudah padat ternyata.
”Ayo masuk saja. Minta izin ke jamaah yang untuk sholat. Pakai isyarat saja,” ujarnya memberi tutorial.