TURIN, RADARTASIK.ID – Khephren Thuram mengakui bahwa dirinya telah bermimpi untuk bergabung dengan Juventus sejak kecil, ketika ayahnya, Lilian Thuram, bermain untuk Bianconeri.
Gelandang ini resmi pindah, Kamis, 11 Juli 2024 dengan nilai transfer 20 juta euro (sekitar Rp 350 miliar) ditambah hingga 0,6 juta euro (sekitar Rp 10 miliar) dalam bentuk tambahan dari OGC Nice.
Dengan demikian, Khephren Thuram akan bersaing dengan kakaknya, Marcus, yang bergabung dengan Inter musim panas lalu.
Baca Juga:Pengawasan Pemilihan Partisipatif, Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya Minta RT dan RW Awasi Pilkada 2024Aksi Heroik Crosser Astra Honda di MXGP Lombok, Raih Poin Krusial di Kejuaraan Dunia
Khephren Thuram lahir di Italia pada Maret 2001, hanya beberapa bulan sebelum ayahnya, Lilian, pindah dari Parma ke Juventus.
Khephren mengatakan kepada situs resmi klub bahwa sejak kecil, dia telah bermimpi bergabung dengan Juventus, sehingga momen ini sangat emosional dan membahagiakan baginya.
Dia mengenang saat ayahnya bermain di Stadio Delle Alpi, bertemu Zlatan Ibrahimovic, dan menganggap kakaknya sebagai yang terbaik di dunia.
Ayahnya selalu berbicara tentang Juventus sebagai klub terbesar di Italia, bahkan dunia, dan bahwa ketika bermain di Juventus, tujuan utamanya adalah untuk menang.
Juventus memang memiliki tempat khusus dalam keluarga Thuram. Khephren disambut di tempat latihan Continassa oleh direktur saat ini sekaligus mantan pemain Juve, Gianluca Pessotto, yang masih dipanggilnya ”paman” setelah tumbuh besar bersama tim ini.
Jika minat Juventus sudah lama ada, ketertarikan mereka terhadap Khephren dimulai sejak dia bermain di Monaco pada usia 17 tahun.
Khephren merasa senang ketika klub kembali mencarinya. ”Jika Juve menelepon, Anda hanya bisa mengatakan ya,” ungkapnya seperti dikutip Football Italia.
Baca Juga:Jurnalis Diajak DAM Ubah Limbah Rumah Tangga Jadi Produk BermanfaatMenyingkap Misi Merekatkan Budaya Sunda-China, Komunikasi Pakai Mesin Penerjemah demi Menjaga Kerahasiaan
Dia dipilih untuk membantu membangun kembali lini tengah di bawah pelatih baru Thiago Motta, yang memiliki visi taktis yang sangat berbeda dengan pendahulunya, Max Allegri.
Khephren menyatakan bahwa dia senang berlari dengan bola, bertahan, namun juga menyerang.
Dia mencintai sepak bola, menikmati berada di lapangan bersama rekan-rekan setimnya, dan meraih kemenangan.
Dia menyampaikan salam kepada para penggemar dan berharap dapat segera bertemu dengan mereka. Fino alla fine. (Sandy AW)