Oleh
A. Zaki Mubarak
SAAT mendengar pidato Bupati Tasikmalaya di Pesantren Darussalam, saya menganalisis ada empat kuncian program yang bisa memenangkan beliau sebagai Bupati periode kedua.
Tentu pidato ini tidak bersifat politik apalagi kampanye tersembunyi, namun mengemukakan program yang tentu adalah kewenangan beliau sebagai petahana. Tak bisa disalahkan karena petahana diuntungkan posisi dalam mencalonkan apalagi situasi belum masa kampanye, ya boleh saja.
Aroma kontestasi Pilkada di pada 27 November itu sudah kerasa maka para kontestan wajib meraba apa yang dilakukan pesaingnya. Kuncian ini harus dipelajari sekaligus dicari antitesanya. Harus dengan dosis yang pas agar pilkada sehat dan bermartabat.
Baca Juga:Yusuf, Hendro dan Kiai Aminudin Jalan Bareng Bahas Jodoh Politik di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!Kekuatan "Dekengan Pusat" Viman Alfarizi Belum Menyentuh Zona Nyaman
Kuncian pertama adalah sentimen masyarakat pesantren. Satu hal mencengangkan dan akan menjadi kebanggaan warga pesantren bahwa Bupati akan segera meneken Surat perubahan nama rumah sakit SMC.
Memang nama SMC itu mirip swasta dan anti mainstream di banyak rumah sakit milik Pemda. Besok SMC akan berubah menjadi RSUD KH. Zaenal Mustafa. Tentu penamaan RS dengan nama itu adalah sebuah penghargaan pemerintah atas dedikasi dan heroisme tokoh pesantren di Tasikmalaya.
Walaupun, nama ini agak tidak relevan dengan dunia kesehatan karena nama RSUD biasanya seorang tokoh naker yang paling berjasa di daerah. Namun menggunakan nama itu, berdampak pada keluarga besar KHZ dan juga para alumni dan muhibbin pesantren akan terkunci. Apalagi keluarga pesantren Cintawana pun akan mengajukan nama Jalan KH Isak Farid untuk jalan terusan Gebu-Al Furqan. Makin terkunci.
Kuncian kedua masih tentang dunia pesantren. Ada program untuk membuat klinik 10 titik berbasis pesantren. Poskestren adalah kuncian strategik bagi keluarga besar pesantren dan juga bagi masyarakat Islam di Kabupaten Tasikmalaya. Mau diakui atau tidak, suka atau tidak masyarakat kabupaten sangat menghormati pesantren dan NU.
Kabar pun mengatakan bahwa permintaan tanah dan gedung NU di dekat Masjid Agung Kabupaten ke pemerintah akan segera dikabulkan. Jika sudah begitu, suara masyarakat Kabupaten sudah terkunci. NU pun harus menghormati itu. Yang agak labil, masalah jalan ke selatan yang sudah banyak yang rusak. Alasan covid dan DAK-DAU yang dialih fokuskan memang rasional tapi kadang masyarakat mah tak mau tahu. Jalan harus bagus bin leucir.