Tren Wisuda TK Hingga SMA Dinilai Tak Bermanfaat, Hanya Membebani Orang Tua Siswa

wisuda tk
ilustrasi: net
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tren wisuda pada setiap jenjang pendidikan, dari mulai TK hingga SMA jadi fenomena baru di Kota Tasikmalaya. Lazimnya, wisuda dilaksanakan di perguruan tinggi sebagai tanda seseorang telah menyelesaikan seluruh rangkaian pendidikannya dan siap memasuki dunia baru, khususnya dunia kerja.

Namun belakangan tren ini merambah ke jenjang pendidikan dasar dan menengah. Bahkan sejak taman kanak-kanak. Hal ini kemudian disorot oleh Ketua PD Pelajar Islam Indonesia Kota Tasikmalaya, Jausan Kamil.

Ia menilai tren wisuda pada jenjang taman kanak-kanak hingga SMP dan SMA adalah sesuatu yang keliru. Sebab pada dasarnya wisuda diperuntukan bagi mereka yang telah meyelesaikan seluruh rangkaian pendidikannya dan siap memasuki dunia kerja. Apalagi, tidak sedikit orang tua yang merasa keberatan atas penyelenggaraan wisuda dikarenakan memakan biaya cukup lumayan.

Baca Juga:Masa Tugas Ketua KNPI Kota Tasikmalaya Akan Berakhir, Emang Kapan Sudah Bekerjanya?Ormas Islam, Ponpes Sampai Parpol Dapat Keberkahan Idul Adha dari Bacalon Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi

“Daripada perpisahan yang meriah bayar 400-600k (Rp 400-600 ribu, red) rata-rata, mending itu dipakai untuk persiapan administrasi dan lain-lain. Pihak sekolah tidak memikirkan itu bahwa pasca perpisahan peserta didik harus melanjutkan jenjang pendidikannya dan pasti ada sedikit-dikitnya mengeluarkan uang untuk pendaftaran,” kata Jausan kepada Radar, Senin (24/6/2024).

Sebab itu menurutnya kebiasaan baru itu sebaiknya tidak dilakukan sebab tidak semua orang tua senang dengan tren wisuda pada jenjang sekolah. Apalagi ketika pungutan biaya yang diminta untuk wisuda itu cukup besar. Ia menimbang bahwa pendapatan masyarakat tidak semuanya merata dan mampu membayar iuran untuk wisuda.

“Jika tidak ada urgensi, menurut saya itu sekadar FOMO (Fear of Missing Out) dan gengsi antar otoritas sekolah. Hadirnya perpisahan yang meriah tidak ada manfaat, hanya akan ada ketimpangan sosial yang terjadi,” tandasnya.

Apalagi menurutnya tren wisuda sekarang ini juga lebih memperlihatkan hedonisme atau gaya hidup bermewah-mewahan dengan menggelar acara perpisahan di hotel atau tempat berbayar mahal lainnya. Hal ini kemudian berkonsekuensi pada iuran yang dibebakan kepada orang tua demi kegiatan tersebut.

“Itu lari dari ranah-ranah kepelajaran, anak TK perpisahan di hotel atau di rumah makan dan lain-lain, kurang pantas. Peran Disdik harusnya memberikan kesadaran, bahkan meriset apakah hari ini memang benar perpisahan dijadikan ladang bisnis oleh para sekolah dan jajaranya?” ungkap dia.

0 Komentar