Minim apresiasi dari masyarakat lokal ini, juga berdampak pada konsistensi pegiat musik lokal memperkenalkan karya mereka. Lagu kekinian yang populer, masih jadi andalan untuk ‘memecahkan’ penampilan mereka di panggung.
“Dengan adanya band lokal yang sudah dikenal nasional, tanggapan masyarakat itu sudah bagus. Tinggal bagaimana musisi itu bisa terus berkarya dan ber-istiqamah. Band Tasik yang udah hype tiba-tiba gak ada. Mungkin susah untuk istiqamah,” tandasnya.
Alfin juga berharap, seperti Kataswara dan band lainnya, bisa tampil lebih banyak di ajang live musik cafe atau bahkan konser di Kota Tasikmalaya. sebab ia bukan satu-satunya.
Baca Juga:Masa Tugas Ketua KNPI Kota Tasikmalaya Akan Berakhir, Emang Kapan Sudah Bekerjanya?Ormas Islam, Ponpes Sampai Parpol Dapat Keberkahan Idul Adha dari Bacalon Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi
Seperti pada malam peringatan Hari Musik Sedunia itu, ada berbagai penampilan musik.
Mulai dari genre reggae yang diboyong oleh band The Boyout, lalu kelompok musik Orkes Keroncong NgaosArt, kemudian Kataswara dengan genre alternative rock, hingga genre alternative folk yang ditembangkan oleh grup musik dengan nama tokoh Sunda masa lampau: Bujangga Manik. (Ayu Sabrina)