JAKARTA, RADARTASIK.ID – Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyusun langkah-langkah antisipatif menghadapi musim kemarau panjang yang diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap sektor pertanian nasional.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun 2024 diproyeksikan akan berlangsung dari Juni hingga September, mencapai puncaknya pada bulan Agustus.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmen untuk menjaga kedaulatan pangan Indonesia.
Baca Juga:Kembangkan Bakat Milenial, Polbangtan Kementan Raih Prestasi di Ajang KOMIKA 2024Polbangtan Kementan Kembangkan Agroeduwisata untuk Menarik Minat Anak Muda di Sektor Pertanian
Dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi IV DPR RI di Jakarta, Menteri Amran menyampaikan bahwa Kementan telah mempersiapkan langkah-langkah strategis sejak awal masa jabatannya.
”Kami berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian serta kesejahteraan petani di Indonesia,” terang Andi Amran Sulaiman, Kamis, 20 Juni 2024.
Langkah ini termasuk peningkatan infrastruktur pompa untuk pengairan lahan sawah tadah hujan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi penggunaan lahan rawa, serta peningkatan kapasitas dan manajemen waduk/bendungan.
Selain itu, pengenalan teknologi budidaya pertanian yang hemat air dan praktik panen air hujan bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan kekeringan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), luas tanam padi periode Oktober 2023-April 2024 mencapai 6,55 juta hektare, mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan rata-rata periode yang sama tahun 2015-2019. Penurunan ini berdampak pada produksi padi nasional.
Menteri Amran menyatakan bahwa Kementan akan terus bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk mengurangi dampak negatif musim kemarau terhadap produksi pangan nasional.
Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat Indonesia.
Baca Juga:250 Juta Tarif Air KeruhPrediksi Jerman vs Hungaria di Euro 2024: Die Mannschaft Incar Tiket Babak Gugur Lebih Awal
Saat ini, sektor pertanian menghadapi tantangan kompleks akibat dari perubahan iklim yang ekstrem seperti El Nino, konflik geopolitik, dan dinamika ekonomi global.
Dampak dari kondisi ini termasuk pembatasan ekspor dari negara-negara produsen pangan, kenaikan biaya produksi dan harga pangan, serta potensi terjadinya krisis pangan.
Menteri Amran juga menekankan bahwa perhatian serius terhadap jaminan produksi, distribusi pangan, dan akses masyarakat terhadap pangan perlu diperhatikan dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.
Di sisi lain, Kementan menargetkan capaian program Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan berkualitas; nilai tambah dan daya saing industri; pendidikan dan pelatihan vokasi; serta dukungan manajemen.