TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Jika kita amati konstestasi Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 ini, ada hal yang sebenarnya menggelikan. Yakni bagaimana para kontestan dan politisi menampilkan berbagai drama dalam kehidupan sehari-hari.
Kontestasi politik saat ini terlalu menampilkan sisi personal dan emosional, yang terkadang kekanak-kanakan. Maka muncul istilah baper (bawa perasaan), sehingga tak hanya dalam urusan cinta, belakangan ini istilah tersebut ikut mewarnai dinamika politik di Kota Tasikmalaya.
Alhasil dramatisasi politik menjelang Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 menyiratkan pertanyaan: mengapa politik kita cenderung baperan (terbawa perasaan), atau dalam istilah akademisnya terpersonalisasi (personalized)?
Baca Juga:Dua Pengusaha Muda Ini Berharap Kandidat di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 Wadahi Pelaku Usaha Lokal Naik KelasEks Ketua Bawaslu Komentari Langkah Pengawas Pemilu Soal Dugaan Pelanggaran Ivan Dicksan di Pilkada 2024
Maksudnya, berbagai proses politik itu malah melekat pada kehidupan pribadi para politisi dan isu-isu dikelola dengan mengusik emosi khalayak.
Padahal, politik adalah urusan publik yang ditujukan untuk memenuhi kemaslahatan bersama, yang semestinya memiliki kadar impersonalitas dan fokus pada masalah-masalah substansial.
Adalah benar bahwa politik sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aspek personal, karena memilih partai politik atau kandidat tertentu pada akhirnya ditentukan preferensi pribadi. Di negara-negara yang konon paling demokratis pun, seperti Amerika Serikat atau Kanada, politik tidak pernah bisa lepas dari aspek psikologis masyarakatnya.
Pengamat Politik Tasikmalaya Asep M Tamam menjelaskan yang menjadi persoalan dalam politik kita akhir-akhir ini adalah bahwa keterlibatan emosional dibuat terlalu dominan, sehingga mengaburkan diskusi objektif berbasis fakta.
“Untuk itu, kita berharap agar para elite mengedepankan gagasan, bukan perasaan. Pilkada mestinya diisi dengan pertarungan gagasan, bukan perasaan,” ujar dosen UNIK Tasikmalaya tersebut.
Soal politik baperan ini, kata Asep, sudah dikomentari banyak pihak, baik pimpinan maupun kader parpol, tentu dengan beragam sudut pandang partainya.
“Publik pun sudah paham, siapa yang baperan, siapa yang tersinggung, siapa yang tergelitik. Itu bisa dilihat dari pernyataan yang dilontarkan para petinggi parpol dalam menyikapi soal baperan yang dimaksud,” terangnya.
Baca Juga:Dibutuhkan Segera! 192 Pantarlih di Kecamatan Cihideung untuk Pilkada 2024 Kota TasikmalayaIni Kata Kepala BKPSDM Kota Tasikmalaya Soal Status ASN Ivan Dicksan di Pilkada 2024.
Sehingga, tambah Asep, elite politik dan masyarakat tak perlu ikut baperan dalam menyikapi dinamika politik sekarang ini.
“Kalau baperan, di antara kita nanti ada yang tersinggung, ujung – ujungnya kita yang berselisih. Politik itu harus pakai logika, bukan pakai perasaan. Kalau soal perasaan ada tempatnya sendiri. Kalau cinta baru pakai perasaan,” kata Asep mengakhiri perbincangan. (kim)