Selama menjalani kuliah di Jurusan Bahasa Arab, Rarah mengaku harus belajar lebih keras lantaran tidak memiliki dasar Bahasa Arab.
Selain itu, saingannya di kelas sebagian besar lulusan dari pondok pesantren yang notabene sudah menguasai bahasa tersebut.
Namun, berkat kerja keras dan ketekunannya dalam belajar, Rarah berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 3,5 tahun dan berhasil meraih predikat lulusan terbaik kedua di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,82.
Baca Juga:Kekacauan Tata Kelola Keuangan Kabupaten Pangandaran Sudah Jadi Sorotan Masyarakat Sejak Lama Polbangtan Kementan Dorong Peningkatan Kelembagaan Petani di Bekasi
”Nah setiap peringkat dua terbaik pada saat lulus diberi kesempatan untuk lanjut studi di Qatar. Jadi UNJ sama Qatar University punya kerja sama. Setiap tahun UNJ mengirim dua mahasiswanya untuk belajar di sana,” ujarnya.
Tahun 2018 setelah bekerja selama kurang lebih satu tahun, dia berangkat ke Qatar untuk mengikuti program Arabic for Non Native Speakers di Qatar University.
Program Arabic for Non Native Speakers (ANNS) merupakan program yang digelar Qatar University untuk mahasiswa-mahasiswa asing belajar Bahasa Arab langsung dari penutur asli selama satu tahun.
Para mahasiswa terpilih mendapatkan beasiswa penuh mulai dari tiket keberangkatan dan kepulangan, biaya visa, biaya selama tinggal di Qatar, biaya pendidikan, hingga uang saku yang diberikan setiap bulan.
”Di kelas aku juga yang di program ANNS itu teman-teman aku banyak yang S2, Doktor, lulusan pesantren, banyak lah dari berbagai negara gitu. Aku kaya orang yang bodoh gitu di kelas itu. Cuma aku berjuang di ujian tulisnya karena kalau di kelas aku kaya orang diam saja gak aktif. Kalau belajar tuh bukan kaya orang yang pinter,” tuturnya.
”Tapi pas kelulusan tuh alhamdulillah dapat siswa terbaik di kelasku di jenjang intermediate. Aku juga kaget kok bisa orang bodoh dari desa ngalahin teman-teman aku yang berbagai negara. Dari India, dari Georgia yang pintar-pintar,” tambahnya.
Pulang dari Qatar, Rarah kembali aktif mengajar di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta sebagai guru Bahasa Arab.
Baca Juga:Penguatan Ketahanan Pangan, Polbangtan Kementan Gelar Bimtek untuk Petani di MajalengkaSiswi SMAN 7 Tasikmalaya Digembleng Pengetahuan Jurnalistik di Radar Tasikmalaya
Rarah dan keluarganya yang dulu kerap dianggap remeh oleh orang lain, kini menjadi panutan dan sukses menjadi anak desa yang mampu mewujudkan mimpinya hingga sekolah di luar negeri.