TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tingkat pendidikan penduduk sangat mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM).
Dalam hal ini wilayah Kecamatan Bungursari menjadi salah satu yang tingkat rata-rata pendidikannya masih tergolong rendah.
Dari 63.314 penduduk, sebanyak 19.662 diantaranya hanya tamat sekolah dasarh (SD).
Kemudian 14.688 orang lulus SMP dan 26.322 tamat SMA. Sisanya masih ada yang tidak atau belum bersekolah.
Baca Juga:Ini Dia Nama-Nama Bakal Calon Pendamping H Yusuf yang Diusulkan PAN di Pilkada 2024!Jelang Pilkada 2024, Kota Tasikmalaya Padat Kandidat, Gelagat Kepemimpinan Darurat!
Jumlah itu didasarkan pada data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tasikmalaya yang terbaru.
“Ya taraf pendidikan SLTA dan mata pencaharian banyaknya penyedia jasa,” kata Camat Bungursari, Sodik Sunandi pada Senin 10 Juni 2024.
Ia berharap pada tahun ajaran sekarang, anak-anak dari Bungursari bisa masuk sekolah negeri yang mereka inginkan. Dengan begitu, bisa mendapatkan pekerjaan dan masa depan yang lebih baik.
Kendati demikian, bukan berarti swasta tak baik. Sodik menerangkan, bahwa keinginan bersekolah negeri kini sudah jadi kebutuhan.
“Tentu kami ingin ada SMA/SMK negeri di Kecamatan Bungursari,” ucapnya.
Saat ini mayoritas penduduk Bungursari bekerja pada sektor jasa dengan jumlah 32.244 jiwa. Sisanya bekerja pada sektor manufaktur dengan jumlah 16.559 jiwa dan pertanian 2.515 jiwa.
Penduduk menurut status pekerjaan utama dan jenis kelamin di kecamatan Bungursari diantaranya 25.745 adalah buruh atau karyawan.
Baca Juga:Supriana Dapat Dukungan dari ‘Ajengan Tajug’ untuk Maju di Pilkada BanjarYanto Oce dan Strategi Silent Majority di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!
Pelaku usaha mandiri sebanyak 15.532. Buruh tidak dibayar atau buruh serabutan sebanyak 2.614. Buruh harian sebanyak 2.459.
Sementara menurut Penasihat Forum Bungursari, Tatang Sutarman, dengan mayoritas taraf pendidikan tersebut pun, banyak warga yang tidak bisa memiliki pekerjaan yang layak. Apalagi menaikan taraf kemampuan ekonomi mereka.
“Ya kalau disebut miskin, masih termasuk. Kebanyakan buruh jasa ke bebatuan, angkut-angkut. Sekarang orangtuanya, ya tentu punya keinginan menyekolahkan anaknya ke negeri,” katanya.
Apalagi saat ini, dengan keadaan ekonomi semakin sulit, menurutnya semakin besar beban warga untuk menyekolahkan anak dengan biaya yang tidak terjangkau di sekolah swasta.
“Apalagi keadaan sekarang sulit. Pendidikan inginnya bisa untuk kita semua. Bukan tak menghargai swasta, kami juga ingin anak-anak kami bersekolah di negeri,” tandasnya.
Ia berharap, rencana pembangunan SMA/SMK negeri bisa terealisasi. Lebih dari itu, nasib anak-anak yang punya keinginan bersekolah di negeri, bisa dipermudah pada tahun ajaran saat ini. (Ayu Sabrina B)