TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi menetapkan peraturan baru tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) melalui Peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2024.
Peraturan ini merupakan tindaklanjut dari ‘relaksasi’ HET yang dilakukan sebelumnya.
Dalam peraturan baru ini HET beras diatur berdasarkan wilayah. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, HET beras medium dipatok seharga Rp12.500 per kilogram, dan beras premium sebesar Rp 14.900 per kilogram.
Baca Juga:Ini Dia Nama-Nama Bakal Calon Pendamping H Yusuf yang Diusulkan PAN di Pilkada 2024!Jelang Pilkada 2024, Kota Tasikmalaya Padat Kandidat, Gelagat Kepemimpinan Darurat!
Pemilik toko beras Dewi Sri Utama di Kecamatan Cipedes, H Yana Rahyana mengungkapkan sejak ada pengumuman HET terbaru, semua pedagang langsung melakukan penyesuaian dengan menaikan harga.
“Di lapangan sudah mulai naik. Sejak pengumuman itu (HET) oleh pusat sudah mulai naik. Diperkirakan akan terus naik. Biasanya HET begitu, ya akan mengikuti HET,” terang Yana kepada RadartasikID, pada Senin 10 Juni 2024.
Yana sendiri menjual beras premium dengan harga Rp15.500. Kenaikan 500 rupiah diberlakukan untuk semua jenis beras kualitas ini.
Adapun jenis beras lain di antaranya Pandan Wangi dipatok Rp 15.000 perkilo, kemudian beras lokal Singaparna Rp 14.500 per kilo dan Beras Tasik seharga Rp 12.500 per kilogram.
Menurutnya, ketika pedagang mendapatkan informasi HET lebih awal, mereka sudah ancang-ancang memenuhi stok dan langsung menaikkan harga.
“Kalau ada ancang-ancang info ada kenaikan, langsung ngumpulin stok. Yang punya info langsung dinaikkan,” ujarnya.
Meski membuat pedagang untung, ia mengaku tak tega harus menjajakan bahan pokok utama itu dengan harga yang lebih mahal.
Baca Juga:Supriana Dapat Dukungan dari ‘Ajengan Tajug’ untuk Maju di Pilkada BanjarYanto Oce dan Strategi Silent Majority di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!
“Sebenarnya semakin naik, semakin membuat pedagang senang. Tetapi kita juga kadang enggak tega kalau beras mahal,” katanya.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, kenaikan itu juga dipicu oleh kegagalan panen di sejumlah wilayah pemasok. Seperti musimnya serangan hama wereng cokelat.
“Banyak yang gagal. Informasi karena hama wereng atau apa itu ya hama penyakit,” sebutnya.
Yana menjelaskan, ketika pemerintah menaikkan HET itu, dibarengi dengan kondisi banyak sawah yang gagal panen. Biasanya dari satu hektare menghasilkan 5 ton, kini hanya bisa 2 ton saja.
Kendati demikian Yana menyebut, beberapa beras berkualitas masih bisa didapatkan.