Dikala politisi dan parpol lain kian santer berwacana soal Pilkada yang akan berlangsung akhir tahun ini. Dari mulai melakukan maping politik, atau pun berselancar baik di dunia maya maupun baliho yang besar agar menjadi opini publik.
Suami dari putri maestro pelukis Hj Rukmini Affandi itu tiba-tiba menghentak dengan memainkan insting politiknya. Yusuf pun langsung mengunci tiket dengan menggandeng Partai Amanat Nasional (PAN) berkoalisi.
Sehingga kekurangan kursi Golkar yang hanya meraih 5 kursi terpenuhi dengan bergabungnya PAN yang memiliki 4 kursi. Sehingga total menjadi 9 kursi dan cukup untuk daftarkan diri ke KPU pada Agustus nanti.
Baca Juga:Jelang Idul Adha, Dinas Ketahanan Pangan Bakal Gelar Pangan Murah dan Pemeriksaan Hewan KurbanUlama Banjar Sepakat Dukung Supriana Maju Pilkada
Meski sering di-bullying, Yusuf tidak pernah risih dengan hal tersebut. Dia memang orang sederhana cara berpakaiannya pun biasa-biasa saja. Tidak menunjukkan status sosialnya yang sudah jelas pernah sampai di karier kepala dinas, wakil wali kota dan juga wali kota.
Bahkan sepatunya saja hanya merek sneaker seharga Rp 500 – 1 juta. Paling yang agak mewah itu jam tangannya saja. Tapi ukuran mantan pejabat nomor satu di Kota Tasikmalaya itu masih sangat dibawah standar.
Memang setiap manusia selalu ada kekurangan maupun kelebihan. Nah kelebihan Yusuf itu salah satunya, tegas. Contohnya bertahun- tahun PKL Cihideung menguasai badan jalan dengan gerobaknya. Seketika, bisa diatasi olehnya, dengan tidak menetapnya PKL di sana kala itu.
“Karena yang diperlukan hanya niat. Dan saya tidak memikirkan urusan risiko politik. Biasanya kalau pejabat apalagi yang mau maju lagi selalu mempertimbangkan sisi politisnya,” kata Yusuf.
Ternyata kesederhanaan dan apa adanya itu, kini menjadi ciri khas H Muhammad Yusuf. Bahwa dalam memimpin itu tidak harus ada sekat dengan rakyatnya. “Saya ini senang apa adanya, tidak berlebihan menyikapi apapun. Karena hidup sudah ada yang mengatur,” ungkapnya sambil mencicipi kacang rebus.
Sikap egaliternya yang santai, belum tentu dimiliki semua pemimpin. Figur yang sudah mencapai puncak posisi di suatu daerah, tidak semua mampu bersikap demikian.
Terlebih, Yusuf juga diketahui aktif berorganisasi kejuangan. Sebagai Anak Kolong yang notabene kerap berpindah tempat selama bersekolah, lantaran orangtuanya merupakan anggota militer. Tidak menyurutkan pergaulannya dalam berorganisasi.