TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sejauh empat kilometer, kedua mata ditutup sehelai kain putih menuju ke ”neraka”.
Suara pukulan dan gemercik api menyambut kedatangan ”hamba Tuhan” di ruang gelap. Mulut ditutup, tangan diikat. Manusia saat itu, tidak boleh banyak bicara.
Di bawah lantai, ratusan kertas coretan dosa tertulis korupsi, pinjol, hingga kekerasan seksual.
Baca Juga:Berkali-kali Mati Lampu, Pelantikan PPK di Kabupaten Pangandaran di Hotel Horison Palma Sempat TertundaTiba di Madinah, Jemaah Haji Asal Tangerang Ketinggalan Tas Paspor di Asrama Haji Embarkasi
Dalam keadaan sesak dan gelap, seorang yang bertugas mengabsen hamba memimpin simulasi neraka.
”Kita sedang melakukan simulasi. Kenapa kita di sini? Ya karena dosa-dosa kita!” ucap seorang aktor dengan lantang.
Satu persatu mereka dipanggil, diadili oleh ”petugas neraka”.
Satu manusia dan lainnya, saling menatap, melihat, dosa-dosa yang telah dilakukan mereka.
Selama satu jam, 45 orang diajak merasakan ”neraka” dalam sebuah pertunjukan teater yang dibuat Ngaos Art—salah satu komunitas teater di Kota Tasikmalaya. Mereka mengajak penonton ikut bermain dalam skenario yang digagas AB Asmarandana.
”Harfiah ini jauh simulasi. Sebab teman-teman bawa bekal dari rumah, bahwa neraka itu dirajam atau disiksa. Penonton dibawa untuk ikut bermain. Ini disebut dengan teater absurditas,” kata AB saat mengulas usai pementasan di Studio Ngaos Art, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jumat, 17 Mei 2024.
Beberapa penonton pun ikut mengulas, soal rasanya neraka dalam waktu singkat.
Baca Juga:Kemendagri Arab Saudi Luncurkan Identitas Digital untuk Jemaah Haji yang Datang dari Luar NegeriSMK Negeri 4 Tasikmalaya Ikuti Pelatihan Safety Riding yang Diselenggarakan PT Daya Adicipta Motora
Ada yang merasa sedikit takut, kaget, hingga menganggap jadi sebuah komedi.
”Saya sih menganggapnya ini komedi. Ketika kita bisa masuk neraka bersama dengan orang-orang yang kita kenal. Dan bahkan bisa menciptakan surga sendiri di neraka,” ucap Ramli.
Namun AB mencoba menjelaskan kepada penonton bahwa pertunjukan tersebut bebas nilai. Dengan demikian, yang datang, bisa mempresentasikan secara mandiri.
”Saya yakin, Gusti Allah maha baik maka pasti kita akan ke surga. Simulasi ini kami langsung tutup dan tidak akan dipentaskan kembali. Mungkin selanjutnya ada simulasi surga,” kata AB tergelak. (Ayu Sabrina B)