“Sirkulasi tidak sehat. Uang tidak berputar di dalam. Sekarang uang diambil dari Tasik dibawa ke luar. Dari luar barang dikirim ke Tasik. Orang Tasik itu konsumtif. Ketahanan ekonominya sangat lemah,” tandasnya.
Secara ekonomi, kata dia, Kota Tasikmalaya sudah maju, namun kehidupan masyarakatnya tetap jeblok. Hal itu harus jadi bahan evaluasi. Adapun berbagai event skala nasional yang diselenggarakan di Kota Tasikmalaya, menurutnya lebih banyak menguntungkan pihak luar.
“Secara kantong perekonomian kita lebih dari Garut, Banjar, Kuningan. Mall di tasik yang nasional aja berapa? Hotel ada berapa? Tapi kenapa secara pendapatan ekonomi masyarakat sangat jeblok? Berarti ada sesuatu yang salah,” paparnya.
Baca Juga:Dimyati Gandeng Alam “Mbah Dukun” untuk Hadapi Pilkada Kota Banjar 2024Eman Sulaeman, Terpilih Jadi Ketua Karang Taruna Kecamatan Cipedes Periode 2024-2029!
Ia menyebut bahwa meski promotor event kerap kali disyaratkan merangkul UMKM, namun persentase keuntungan yang dirasakan warga lokal masih kecil.
“Kebanyak warga konsumtif tidak produktif. Secara UMKM mau produktif gimana kalau tidak disiapkan pasarnya? Produk lokal gak bisa masuk ke mall ke alfamart, indomaret, tidak bisa masuk,” ujarnya.
Bagi Acong, Pemerintah Kota Tasikmalaya dan DPRD Kota Tasikmalaya dalam merancang RPJPD ini, perlu pengamatan yang serius. Tentang kondisi yang lalu, saat ini, dan menangkap potensi di masa depan. (Ayu Sabrina B)