TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Forum Peduli Cihideung (FPC) memasang 14 banner larangan parkir bagi sepeda motor di kawasan pedestrian.
Selain itu mereka juga memasang sebuah banner larangan membuang sampah sembarangan pada kawasan tersebut.
Anggota FPC, Moh Reza Hermawan, menjelaskan pemasangan banner tersebut untuk mengingatkan pengunjung bahwa kawasan pedestrian HZ itu tak boleh dilewati, apalagi dijadikan sarana parkir kendaraan bermotor.
Baca Juga:OJK Tasikmalaya Gelar Silaturahmi FKIJK, Tingkatkan Kinerja dan Stabilitas Sektor Keuangan Priangan TimurKalak BPBD Kota Tasik Ngaku Tak Bersyahwat Jadi Plt Sekda, Tapi…
Selain itu pemasangan banner juga dilakukan lantaran rambu-rambu larangan parkir yang dipasang Dinas Perhubungan juga tidak diindahkan oleh pengunjung pedestrian.
“Karena emang warga tergerak oleh plang yang dipajang Dishub diacuhkan. Jadi warga dan kami di forum inisiatif buat peraturan seperti itu,” sebutnya kepada Radar pada Jumat (10/5/2024)/
Ia mengakui sejak awal diresmikan, pedestrian Cihideung yang tersambung ke Jalan HZ Mustofa itu sudah banyak digunakan Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk berjualan dan juga parkir kendaraan.
Kondisi ini semakin lama semakin semrawut dan belakangan mulai membuat warga merasa gusar.
“Semakin banyak yang melanggar (parkir) bahkan sampai ke dalam. Dengan adanya PKL juga udah gak enak dipandang,” tuturnya.
Menurut Reza, FPC sering mencegah pengunjung untuk parkir di area Pedestrian itu namun kadang tidak didengarkan.
Ia pun meminta pemerintah mengambil langkah tegas dengan menurunkan petugas khusus untuk patroli di sekitar kawasan Pedestrian.
Baca Juga:Dua Kadis Ini Diisukan Akan Menjadi Kandidat Kuat Plt Sekda Kota Tasikmalaya!Viman Alfarizi Bakal Calon Wali Kota Tasikmalaya Paling Komplit di Pilkada 2024!
“Kita yang ngasih tau gak didengar, seenaknya. Kita ingin aksi ini bisa memecut Pemerintah Kota Tasikmalaya agar dari pemerintah ada action, menurunkn Satpol-PP di setiap pintu,” ujarnya.
Menurutnya berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh pengunjung maupun pedagang yang parkir sembarangan seringkali membuat jalur tersebut menjadi macet.
Selain itu nilai estetika pedestrian sebagai kawasan yang nyaman dikunjungi juga menjadi hilang. Bahkan sejumlah fasilitas terancam rusak.
Seperti kramik yang jadi pijakan di sepanjang pedestrian yang memang bukan untuk dilalui kendaraan.
“Itu kan memang didesain untuk pejalan kaki ya, bukan untuk motor. Makannya keramik-keramik perlahan ada yang sudah rusak,” paparnya.
Ia juga menilai bahwa Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak membenahi Pedestrian yang kini berubah jadi sarana ekonomi dadakan.