“Rencana memang kita ingin produksi, kapasitas untuk bisa bakar 1 ton, 1 X 24 jam. Tanpa tambahan energi hanya pemicu api di awal saja,” terangnya.
“Memang ini sudah diuji hasil baku mutu dan laboratorium, 99,99 emisi jauh di bawah angka yang ditolerir pemerintah. Artinya ramah lingkungan,” lanjut Tono.
Selama di Sintang, Kalimantan Barat, lanjutnya, ia sudah melaksanakan produksi alat tersebut bersama pemerintah daerah. Dimana kala itu, biaya pengelolaan sampah yang semula dialokasikan Rp 22 miliar per tahun, ditekan menjadi Rp 9 miliar melalui peralatan tersebut.
Baca Juga:Daftar Bagunan Rusak Imbas Gempa Garut, dari Gedung Pramuka Hingga Rumah SakitGempa 6,5 SR Kejutkan Warga Jabar di Malam Minggu, Pusat Gempa Ternyata di Sini
“Alat ini dua mekanisme, pertama membakar sampah, kedua mengolah asap. Maka minim keluarannya. Bagi yang berminat, bisa mengunjungi workshop kami di Tonjong Kelurahan Parakannyasag Indihiang dan di Sukamanah, Cipedes,” katanya. (Firgiawan)