Laboratorium Mini Ciptakan Petani Peneliti yang Inovatif untuk Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Tasik

Laboratorium mini
Laboratorium mini di Kabupaten Tasikmalaya menjadi tempat untuk penelitian dan produksi pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun cair, serta agen dan pestisida hayati. (Istimewa for Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pembangunan laboratorium mini di Kabupaten Tasikmalaya berfungsi sebagai pusat penelitian yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengatasi tantangan pertanian secara inovatif.

Laboratorium ini menjadi tempat untuk penelitian dan produksi pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun cair, serta agen dan pestisida hayati.

Tujuan utamanya adalah memberi petani akses langsung ke solusi praktis yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian mereka dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga:Evaluasi Kinerja Tenaga Pendamping Upland Kabupaten Tasikmalaya untuk Optimalkan Capaian Tahun 2024Upland Project Dorong Keterlibatan Perempuan di Sektor Pertanian Kabupaten Tasikmalaya  

Laboratorium mini ini dibangun dengan ukuran total 4m x 6m dan terbagi menjadi dua ruangan: ruangan analisa yang memiliki ukuran 2m x 4m dan ruangan produksi seluas 4m x 4m.

Dilengkapi dengan peralatan laboratorium yang canggih, fasilitas ini memungkinkan pengujian tanaman dilakukan secara efisien.

Beberapa peralatan yang tersedia di laboratorium ini antara lain tangki plastik, jerigen kultur, ember peniris, selang aerasi, filter, mesin aerator, pipa sedotan, dan berbagai alat uji seperti gelas ukur dan pipet.

Selain itu, terdapat pula peralatan seperti mesin tepung, lemari, kulkas, sealer, kompresor mini, dan mikroskop, yang kesemuanya mendukung kegiatan penelitian dan produksi di laboratorium.

Selain peralatan, laboratorium ini juga menyediakan bahan-bahan penting yang diperlukan dalam penelitian, seperti agen hayati isolate laboratorium seperti Bacillus Subtilis, Trichoderma Viride, dan Beauveria Bassiana, serta bahan lainnya seperti kapur pertanian, tetes tebu, dan bahan-bahan hayati untuk pupuk organik cair (POC), seperti rebung dan berenuk.

Untuk mendukung proses produksi, tersedia kemasan berupa botol, aluminium foil, dan stiker untuk pelabelan produk.

Hendri, seorang fasilitator di Desa Darawati, menjelaskan bahwa para petani dapat membawa tanaman yang sakit ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi secara lebih mendalam.

Baca Juga:Rehabilitasi Jaringan Irigasi Upland Project Tingkatkan Pengairan Persawahan Kabupaten TasikmalayaUpland, Pemicu Kebangkitan Ekspor Beras Organik Kabupaten Tasikmalaya

Petugas POPT (Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan) atau tenaga ahli lainnya akan memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Dengan cara ini, petani bisa mendapatkan pengetahuan langsung dari para ahli, sehingga dapat mengatasi permasalahan tanaman mereka secara lebih efektif.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memberikan solusi praktis bagi petani, tetapi juga membangun jejaring yang solid antara petani dan ahli pertanian.

0 Komentar