TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tumpukkan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) tidak dibiarkan begitu saja.
Sebelum dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, petugas kebersihan memilah sampah yang masih bernilai uang untuk dijual.
Ratusan plastik hitam diantar setiap harinya ke tukang rongsok atau pengepul menggunakan armada roda tiga.
Baca Juga:Target H Amir Mahpud: Sukseskan Tiga Pilkada Sekaligus dan Pilgub Jabar 2024, Wow!!KH Atam Rustam Dapat Rekomendasi dari PGM Indonesia untuk Maju di Pilkada 2024!
Plastik itu berisi sampah yang masih bisa didaur ulang dan dijual. Seperti bekas wadah minuman plastik dan kaca.
“Ini ditimbang untuk dijual. Ya setiap hari begini kami yang pilihan langsung,” kata seorang petugas di Depo Sampah Dadaha.
Saat ditanya soal keuntungan penjualan, ia tidak menjelaskan. Hanya saja keuntungan itu menurut pria yang tak ingin disebut namanya itu cukup berharga bagi para relawan pengelola sampah.
Menurutnya masyarakat membuang sampah apapun, mulai dari sampah organik, anorganik, hingga biomedis bersamaan dalam satu bak atau wadah yang tersedia.
Seperti yang diungkapkan Eli (48) warga Cihideung, yang mengaku tak ingin ribet memilih sampah untuk dibuang.
Tempat sampah yang hanya satu di area lingkungannya membuatnya tak ingin bersusah payah memisahkan jenis sampah.
“Ya kita langsung buang. Tempat buangnya juga satu kan nanti juga pas diangkut suka disatuin di truk,” katanya.
Baca Juga:Peluang Asep Sopari Diusung Gerindra Kabupaten Tasikmalaya Menguat!PKB Kota Tasikmalaya Bantah Telah Usung Calon
Sebelumnya, pilah sampah dari rumah, jadi strategi yang disebutkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Penjabat Wali Kota Tasikmalaya, saat ditanya soal tumpukkan sampah yang beberapa kali terjadi di pusat kota.
Butuh edukasi dan pengawasan intens, memastikan warga bisa memilah sampah mulai dari rumahnya sendiri.
Diakui Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Muda pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, Dewi Nusarini, edukasi kepada masyarakat belum massif.
“Kita sudah melakukan edukasi itu ke setiap masyarakat yang ada di kelurahan tertentu. Cuman memang belum secara menyeluruh. Jadi baru beberapa dan belum massif dilakukan,” katanya kepada Radar, pertengahan Februari lalu.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa usaha DLH kepada warga sudah cukup maksimal. Hanya saja, kurangnya anggaran menjadi kendala untuk edukasi hingga pengawasan intens.