Dalam hal ini menurutnya Pemerintah Kota Tasikmalaya juga harus berperan lebih aktif.
Tidak hanya melakukan penjaringan, memberikan edukasi, dan memulangkan para tunawisma yang terjaring razia.
Mereka harus diperhatikan saat ikut serta pelatihan, agar tidak lagi melakukan pekerjaan sembarangan seperti mengemis dengan memanfaatkan anak-anak.
Baca Juga:Hamida Dorong Dede Muksit Aly Maju di Pilkada 2024 Kabupaten TasikmalayaKader Ideologis PDIP Diminta Berani Maju pada Pilkada 2024
“ini jadi PR pemerintah untuk bisa memberikan edukasi juga memberikan pelatihan skill agar para perempuan bisa berdaya. Apalagi mereka yang jadi tulang punggung keluarga,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kehadiran gelandangan dan pengemis (Gepeng) di Kota Tasikmalaya terus meningkat.
Bahkan sejak awal tahun 2024, badut jalanan juga mulai lebih banyak tampak di tiap keramaian dan lampu merah.
Hanya mengenakan kostum tokoh atau karakter kartun tertentu, mereka menyapa anak-anak di tiap perempatan atau taman kota dengan harapan diberi imbalan.
Berdasarkan hasil catatan Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) aktivitas tersebut ternyata bukan lagi pekerjaan sampingan melainkan utama bagi mereka.
Bahkan tidak sedikit dari para badut jalanan itu adalah kaum perempuan yang membawat turut serta anak-anaknya.
“Bidang P3A kan berkaitan dengan perlindungan perempuan dan anak, banyak yang anak-anak jadi badut jalanan. Takutnya ada yang dieksploitasi sama orangtua atau semacam jeger-nya (centeng, red),” kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) , Lusi Rosdianti, MPd. (Ayu Sabrina B)