TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Setelah pedestrian jalan Cihideung, tidak lama lagi Jalan HZ Mustofa pun berpotensi bakal menjadi pasar. Meskipun belum terjadi, Pemerintah dinilai tidak akan mampu untuk mencegahnya.
Di bulan Ramadan ini, kemunculan para pedagang ke jalanan sudah tidak bisa dipungkiri. Khususnya di saat jam ngabuburit dengan banyaknya pera penjual makanan takjil dan jajanan lainnya.
Mendekati lebaran, Jalan HZ Mustofa pun sudah biasa disulap oleh para pedagang menjadi pasar. Di mana area-area parkir seketika disulap menjadi lapak-lapak dagang khususnya tenda jualan.
Baca Juga:Buntut Pengeroyokan Satpam, 5 Oknum Ormas Asal Ciamis Bakal Lebaran di Tahanan Polres Tasikmalaya KotaTampil Modern dengan Baliho AI, Yanto Oce Ajak Warga Kota Tasikmalaya Adaptasi Sesuai Zaman
Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat mengatakan bahwa kondisi itu sudah rutin terjadi setiap menjelang hari raya idul fitri. Karena masing-masing jor-joran mencari uang tambahan untuk bekal hari raya. “Biasanya kan 10 hari sebelum lebaran mulainya,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (27/3/2024).
Karena daya beli masyarakat menjelang lebaran pun biasanya meningkat dengan tradisi baju bedug. Di mana warga di kalangan bawah sampai dengan atas berbelanja pakaian untuk lebaran. “Karena kan tradisi itu sudah sangat kuat, dari mulai warga yang kurang mampu sampai dengan orang kaya semuanya belanja, itu dijadikan para pedagang sebagai peluang,” katanya.
Secara regulasi, jalan tentunya bukan tempat untuk para pedagang membuka lapak jualan. Namun menurutnya pemerintah tidak akan sanggup menangani hal tersebut, bahkan mencegahnya. “Tidak akan mampu, karena tahun-tahun sebelumnya pun tidak bisa dicegah,” terangnya.
Karena ketika berurusan dengan pedagang yang beralasan urusan perut, pemerintah selalu kalah. Bahkan sama sekali tidak ada wibawanya sehingga pada akhirnya pura-pura buta. “Untuk urusan ini, aturan tidak berlaku dan pemerintah tidak akan punya wibawa,” ucapnya.
Ada beberapa strategi yang biasa digunakan pemerintah untuk berkelit dalam persoalan tersebut. Jika tidak saling lempar antar dinas, maka seolah-olah memberikan toleransi kepada para pedagang. “Bahasanya biasanya momen setahun sekali, jadi diwajarkan,” imbuhnya.
Padahal, meskipun Jalan HZ Mustofa memang menjadi salah satu pusat perekonomian, masyarakat tetap berhak mendapat kenyamanan. Seperti halnya fasilitas parkir, jalur untuk pejalan kaki dan kondisi lalu lintas yang tidak macet. “Dan pemerintah tidak akan memikirkan itu, percaya deh,” imbuhnya.(rga)