Selain itu, kondisi uang yang sudah lusuh juga jadi kesulitan lain yang dialami para penyandang disabilitas netra. “Kalau lusuh susah. Uang baru akan lebih mudah,” tandasnya.
Masalah lain yang mereka alami adalah harus membedakan uang asli dan palsu. Hal itu jadi masalah tersendiri. Doni mengaku tak pernah tahu perbedaan antara uang asli dan palsu lantaran memang belum pernah menerima edukasi mengenai hal itu.
Sepengetahuannya edukasi pengenalan uang asli dan palsu bagi kalangan Tunanetra sangat jarang sekali diadakan. Bahkan seingatnya di Tasikmalaya hanya pernah dilaksanakan sekali. “Ada setahun sekali, itupun di Bandung. Ada pernah di sini (Tasikmalaya) cuman sudah lama sekali,” ujarnya.
Baca Juga:Peacesantren Ramadan Show di Garut Sebarkan Pesan PerdamaianApa Itu Neuralink? Perusahaan yang Menanamkan Chip pada Otak Manusia Milik Elon Musk
Menurut Doni, pemerintah perlu memerhatikan kondisi tersebut bagi tunanetra. Mengingat soal uang, adalah sesuatu yang penting dimiliki setiap orang. “Ya kami perlu edukasi banyak. Apalagi sekarang kalau mau beli takjil juga kan, rame dulu-duluan sama yang lain,” tuturnya.
Doni berharap uang dengan huruf Braille bisa dimiliki penyandang tunanetra. Lebih dari itu, pelatihan mengenal uang palsu juga mesti digencarkan.
“Selama ini penjual baik ke saya jujur tidak menipu. Tetapi tidak tahu pada kawan-kawan lain,” pungkasnya.(Ayu Sabrina)
Baca berita dan artikel lainnya di google news