Adapun pemasarannya, Kokom mengaku tidak memasarkannya langsung kepada masyarakat, akan tetapi banyak pemilik toko yang langsung datang ke pabriknya untuk kemudian mereka jual kembali di tokonya.
“Kalau pemasaran mah diambil sendiri. Pada deket biasanya. Ada yang ke Pesanggrahan, Ciawi. Paling ke Cikurubuk. Ada juga yang ke Merak,” ungkapnya.
“Penjualan juga Alhamdulillah stabil. Dua tahun sekarang mah ga pernah berhenti. Kalau dulu mah pas lagi sepi kadang sampai dua bulan gak produksi. Kalau sekarang mah kadang-kadang sampai dilemburkan,” tambahnya.
Baca Juga:Tunjangan Hari Raya 2024 Dibayarkan Maksimal 7 Hari Sebelum LebaranPerjuangan Para Pencari Cahaya dalam Gelap: Santri Tunanetra Isi Ramadan dengan Tadarusan
Pandemi yang melanda dunia disebut Kokom menjadi titik balik usaha kompor mini yang digelutinya. Jika sebelum pandemi ia hanya memproduksi ratusan kompor, saat pandemi produksinya melonjak menjadi ribuan kompor dalam seminggu.
“Pas lagi pandemi kemarin bukan ibu yang nawarin tapi malah uangnya sendiri yang datang. Kalau lagi pandemi yang dirasa sama yang lain banyak yang nganggur, kalau ibu malah meningkat,” ujarnya.
Kokom menjelaskan bahwa bahan baku pembuatan kompor mini tersebut adalah kaleng utuh yang kemudian dipola dan dipotong menjadi komponen-komponen kecil untuk selanjutnya dibentuk menjadi sebuah kompor.
“Dari kaleng yang katanya gagalan pabrik. Kalengnya kaleng utuh bukan kaleng rongsok,” ungkapnya.
Selain memproduksi kompor mini, Kokom juga memproduksi langseng mini yang dibuat dari bahan yang sama.
Untuk harga, kompor mini yang diproduksinya dibandrol dengan harga Rp 11.000 per biji, sedangkan langseng mini harganya Rp 5.000 per biji.
Saat ini kendala yang dihadapinya adalah masalah bahan baku yang kadang tidak tersedia. “Kendalanya tuh kadang-kadang bahan bakunya gak ada di toko. Kadang berebutan sama yang lain. Ada sih cuma dibatasi sama penjualnya dibagi-bagi,” ujarnya.
Baca Juga:Operasi Pasar Murah Solusi untuk Tekan Kenaikan Harga Sembako, Meski Hanya SementaraCerita Dibalik Pembuatan Aplikasi APATARS-GO oleh Para Guru SMPN 2 Tasikmalaya Bikin Pilu
Kokom mengungkapkan dalam satu minggu, ia membutuhkan setidaknya lima kuintal kaleng untuk memproduksi kompor mini dan langseng mini.
Untuk menyiasati kekosongan bahan baku, biasanya para pekerja mengerjakan apa yang ada meskipun barang yang dihasilkan belum komplit atau belum menjadi kompor atau langseng yang utuh.