TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sejak pemerintah memutuskan untuk mengonversi minyak tanah ke gas pada 2007 silam banyak masyarakat yang mulai beralih ke kompor gas dari kompor minyak.
Kondisi tersebut tentunya menjadi pukulan berat bagi para pengrajin kompor minyak. Usaha pembuatan dan penjualan kompor minyak yang telah mereka geluti selama bertahun-tahun harus terseok-seok menghadapi masifnya penggunaan kompor gas oleh masyarakat.
Tak sedikit pula dari mereka yang akhirnya gulung tikar imbas dari program konversi minyak tanah ke gas LPG tersebut.
Baca Juga:Tunjangan Hari Raya 2024 Dibayarkan Maksimal 7 Hari Sebelum LebaranPerjuangan Para Pencari Cahaya dalam Gelap: Santri Tunanetra Isi Ramadan dengan Tadarusan
Namun, ada juga pengrajin kompor yang mencoba untuk berinovasi pada produk kompor yang dihasilkannya agar tetap bisa bertahan dari ancaman kebangkrutan.
Salah satunya adalah Kokom, pengrajin kompor dari Kampung Cikapol Desa Rajamandala Kecamatan Rajapolah.
Sejak terkena imbas dari program pemerintah tersebut, Kokom mulai mengubah ukuran kompor minyak yang diproduksinya menjadi kompor berukuran mini.
“Kalau mulai usaha kompor mah udah dari tahun 1999. Dulu mah kan masih bagus yang gede yang ukuran 12, 16, 20. Nah sejak turun gas berhenti dulu, mungkin semuanya juga berhenti dulu. Abis itu mulai membuat kompor yang kecil. Alhamdulillah sampai sekarang,” kata Kokom kepada Radar, Rabu, 20 Maret 2024.
Pada awalnya ia tidak terlalu mengerti kegunaan dari kompor mini tersebut. Namun, pada suatu hari datang seorang pedagang ke pabriknya yang mencari kompor berukuran kecil untuk dijadikan sebagai penghangat bajigur.
Sejak saat itu, pabriknya mulai memproduksi kompor mini lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan para pedagang pikulan yang biasanya membutuhkan kompor berukuran kecil.
“Kalau dibawa keliling mah kan ringan ya, ga berat,” ujarnya.
Baca Juga:Operasi Pasar Murah Solusi untuk Tekan Kenaikan Harga Sembako, Meski Hanya SementaraCerita Dibalik Pembuatan Aplikasi APATARS-GO oleh Para Guru SMPN 2 Tasikmalaya Bikin Pilu
Selain digunakan layaknya kompor minyak biasa, kompor mini yang diproduksinya juga biasanya dijual di daerah wisata untuk dijadikan sebagai souvenir.
Berkat kompor mini tersebut ia mampu bertahan di tengah semakin jarangnya masyarakat yang menggunakan kompor minyak.
Dalam satu minggu pabrik miliknya mampu memproduksi minimal 1.000 buah kompor mini.
Ribuan kompor mini tersebut dikerjakan oleh 12 orang karyawan yang bekerja dari hari Senin-Sabtu mulai pukul 07.00-15.00 WIB.