“Tergantung pada tekad dan kondisi santri tersebut,” ujarnya.
Bahkan, pengetahuan umum juga ia sampaikan kepada para santri yang berstatus siswa Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi.
“Keterampilan pun diarahkan. Sekolah sampai kuliah pun dibimbing. Didorong terus untuk berpendidikan,” terangnya.
Baca Juga:Perekaman E-KTP Belum Juga Tuntas, Disdukcapil Kota Tasik Akhirnya Jemput Bola5 Bapak-Bapak di Tamansari Ini Gabut, Iseng Adu Muncang Jelang Sahur, Eeh… Didatangi Polisi
Namun sayang, peran pemerintah masih minim dalam memberikan peluang kemandirian terhadap penyandang disabilitas netra di Kota Tasikmalaya.
PKS Ingin Pecahkan Telur di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Tak Mau Terus Jadi Follower!
“Harapan saya, pemerintah itu bisa ikut turun tangan untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an Braille. Kalau selama ini kan baru dari kalangan kami saja,” ujar Rahmat.
“Buku pengetahuan dan lainnya juga ada. Seperti kita berlanggan majalah dari Balai Litreasi Braille Indonesia di Bandung. Setiap dua bulan sekali ada buku dan majalah tergantung permintaan kita juga,” lanjutnya.
Hal tersulit menurut Rahmat adalah pembinaan kepada para santri. Ia juga mengandalkan pihak swasta yang peduli memberikan bantuan literasi kepada santri tunanetra.
Janjian Perang Sarung via Whatsapp, Puluhan Remaja di Kota Tasikmalaya Dibubarkan Polisi
Tidak hanya belajar langsung di kediamannya, Rahmat juga membuka program mengaji bersama para tunanetra lewat jaringan yang terkoneksi. Saling berbagi rekaman suara, dari seluruh Indonesia hingga mancanegara.
Baca Juga:Belanja Aneka Kue Hingga Kurma di Supermarket Ini Bisa Lebih Hemat Selama Ramadan FairRumput Stadion Dalem Bintang Kabupaten Garut Rusak
“Mengajar ngaji online dari Senin-Sabtu. Seluruh Indonesia ada, bahkan ada dari Malaysia belaajr juga,” paparnya. (Ayu Sabrina)
Baca berita dan artikel lainnya di google news