TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pemerintah daerah masih punya tugas untuk menata trotoar sebagai satu kesatuan sistem transportasi sekaligus penataan kota.
Trotoar di Jalan Empangsari, kawasan Taman Kota Tasikmalaya, bukanlah satu-satunya yang tidak laik.
Atau juga trotoar di depan Lapas Kelas II B Tasikmalaya yang sering jadi tempat parkir kendaraan sehingga membuat pejalan kaki kurang nyaman.
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Ingin Manfaatkan Aset Milik Kabupaten Sebagai Penghasil PAD, Boleh Gak Ya?Sekda Kota Tasikmalaya Minta Pemenuhan HAM Dipertahankan
Berjalan kaki di trotoar kawasan Alun-Alun Kota Tasikmalaya juga teras penuh rintangan. Selain banyaknya terhalang pot besar dan baliho politik.
Pejalan kaki perlu naik turun trotoar saat menyusuri karena jalur tidak rata. Jalur pun terhalang barang dagangan sehingga kenyamanan pejalan kaki atau pedestrian terganggu.
Kondisi ini pun dikritik oleh aktivis Himpunan Mahasiswa Islam, Akmal Muharram. Ia menuntut Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) untuk membuka data dan memonitor kondisi trotoar di sejumlah titik Kota Tasikmalaya.
“Seharusnya memang PUTR sebagai dinas yang merancang tata ruang kota agar lebih peduli dengan penyediaan jalur untuk para pejalan kaki di setiap sudut kota. Perlu untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap trotoar yang telah dibangun, dan memindai tingkat kerusakan dari masing-masing trotoar yang tersebar di berbagai marka jalan,” kata Akmal kepad Radar, Senin (15/1/2024).
Ia mengaku merasa miris, lantaran warga Kota Tasikmalaya semakin kehilangan minat untuk berjalan kaki.
Lebih dari itu, berjalan kaki juga dibayang-bayangi ancaman keselamatan akibat ketidaklayakan trotoar untuk dilalui.
Apalagi, di tahun politik seperti sekarang, sejumlah pamflet dan baliho caleg, serta capres juga turut membuat trotoar semakin tidak nyaman dilalui.
Baca Juga:187 Menara Seluler di Kota Tasikmalaya Tak Kena Pajak22 Bencana Alam Menerjang Kabupaten Ciamis di 2 Minggu Pertama Tahun 2024
Sebagai orang yang kerap melalui jalan Sutisna Senjaya, Akmal menilai deretan pamflet dan baliho itu merusak estetika dan fungsi trotoar.
“Sedih. karena orang-orang makin malas untuk berjalan kaki, kayak risih dan kesal sendiri juga dengan kondisinya trotoarnya,” tuturnya.