“Sebab yang hanya ada di peta untuk dapat melakukan perlintasan kereta api hanya satu di wilayah Cibeka-Babakan, itu yang ada penjaganya,” tambahnya.
Di sisi lain, ia selaku Kepala Desa Karangkamulyan pun pernah koordinasi sebelum ditutup. Mulai dari mengusulkan untuk pembuatan underpass, membuat jembatan layang, atau ada penjagaan palang pintu.
“Ternyata untuk medannya kurang dimungkinkan naik turun dan harus dikaji lebih panjang. Apakah bisa membuat underpass atau jembatan layang sebab membutuhkan anggaran banyak. Kalau ada penjagaan di palang pintu justru tidak setuju,”katanya.
Baca Juga:Setelah Sukses di Bali, Legion 28 Akan Pentaskan Lautan Bernyanyi di Gedung Kesenian Kota TasikmalayaRumah Gibran di Kota Tasikmalaya untuk Tampung Aspirasi
Pasca ditutupnya jalur perlintasan kereta api tersebut, pengendara atau masyarakat yang menggunakan kendaraan roda empat dengan tujuan Ciomas atau Sumur Bandung bisa menggunakan jalur alternatif Cibeka-Babakan. Kondisi jalannya juga lebih bagus.
Sementara kendaraan roda dua masih bisa melewati perlintasan tanpa palang pintu dan penjagaan itu.
“Bagi pengedaran roda empat sudah tidak bisa melewati harus lewat alternatif. Sedangkan untuk roda dua walaupun masih bisa harus konsentrasi dan berhati-hati tengok kanan kiri, memang keretanya tidak kedengaran hanya ada suara belnya jarak 20 meter,” terang dia.
Dia pun menekankan pentingnya menjaga keselamatan. Penutupan perlintasan kereta api tanpa palang pintu itu pun menurutnya sudah tepat. Semua demi keselamatan warga dan pengendara.
“Kami pun tidak ingin kejadian serupa ada lagi. Oleh karenanya sangat berharap KAI memberikan solusi yaitu apakah menggunakan underpass atau jembatan layang,” pungkasnya. (Fatkhur Rizqi)
Baca berita dan artikel lainnya di google news