TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kerajinan Bambu Kabupaten Tasikmalaya menuju pasar global. Para pengrajin terus berinovasi untuk menghasilkan karya terbaik.
Pengrajin bambu dari Kelompok Bambu Raya di Kampung Salareuma RT/RW 19/08 Desa Jayamukti Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya menginginkan hasil kerajinannya dapat kembali masuk ke pasar global.
“Beberapa tahun ke belakang, hasil kerajinan kami sempat tembus pasar global. Di antaranya ke Jepang dan juga Korea. Sekarang sudah lama tidak mengirim barang, karena cukup sepi efek dari krisis global,” ujar Ketua Kelompok Pengrajin Bambu Raya, Dadang Suganda kepada Radar, Kamis (4/1/2024).
Baca Juga:Bahan Pokok di Tahun 2024, Harga Cabai Masih Pedas di Pasar Singaparna TasikmalayaPemuda Tasikmalaya Dirikan SSB Bina Muda, Jaring Atlet dan Arahkan Generasi Muda ke Hal Positif
Dadang mengatakan, saat ini dia kembali membuat inovasi dengan membuat kerajinan dengan dua model yang berbeda. Yakni baki ukir yang telah di-launching bulan Agustus 2023 dan kap lampu salak pada September 2023.
Setelah sharing dengan beberapa mentor yang memiliki market luar negeri pada saat pelatihan desain interior dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DISKOPUKMINDAG) Kabupaten Tasikmalaya.
Kata Dadang, mentornya menyampaikan bahwa karyanya bagus dan unik. Hanya saja, untuk pasar luar negeri peminatnya kalangan tertentu dan karya yang dibuatnya masuk kategori desain klasik.
Dadang mengaku disarankan untuk membuat desain terbaru dan kekinian, agar peminatnya dari berbagai negara bisa lebih banyak lagi. “Hanya tinggal merubah dikit saja bentuknya, misal baki yang bentuk love, buah mangga, apel atau bentuk lain yang sifatnya multi fungsi,” ucapnya.
Lanjut Dadang, kerajinan bambu ini sekarang malah kalah dengan bisnis Tanaman Hias. Ia mengaku, rencananya tanggal 10 Januari 2024 akan mengirim tanaman hias ke Malaysia meskipun masih skala kecil. Sebab, belum maksimal dari izin dan biaya pengiriman dua kali lipat.
“Banyak yang minta dikirim bibit tanaman hias jenis coleus, miana, jawer kotok dari Swedia, Australia, Singapura, Brunai, Malaysia, Portugus, India, Nigeria, Thailand, Prancis, Belanda dan lainnya,” ucap Dadang. (*)
Baca Berita Radartasik.id Lainnya di Google News