Apalagi kelayakannya kini dirasanya mulai tak diperhatikan. Banyak ruang-ruang mubazir yang sebaiknya diperhatikan Pemda.
Salah satu yang ia kritik adalah keberadaan hiasan kelom geulis di sekitar area pedestrian yang dinilai terlalu banyak.
“Ruang di dalam kelom dan payung kosong, ruang kosong itu saya sebut sebagai pemborosan ruang,” ucapnya.
Baca Juga:Pembangunan Pedestrian Kota Tasikmalaya Kemungkinan Dilanjut 2024, Tunggu Kebijakan Kepala Daerah?Lukisan Karya Seniman Tasikmalaya Dilelang, Paling Mahal Terjual Rp15 juta
Iwan menjelaskan kebaruan ide yang diniatkan Pemda harus melihat kultur budaya di Kota Tasikmalaya. Pembangunan pemerintah harus mengacu kepada pakem yang sudah diajukan.
“Perlu justifikasi antara pegiat seni, sejarah, dan pengambil keputusan,” kata pria yang pernah memamerkan karyanya di Belanda itu.
“Sepatutnya pemda itu respect dengan hal-hal tersebut. Di situ lah saya menyimpulkan Pemda kurang memahami bahasa asing dan berlaku layaknya Neokolonialisme,” pungkasnya. (Ayu Sabrina B)
Baca berita dan artikel lainnya di google news