GARUT, RADARTASIK.ID – Kabupaten Garut terkenal dengan beragam wisata alam, buatan, hingga wisata kuliner. Salah satu wisata kulinernya adalah Pasar Ceplak.
Lokasinya di Jalan Siliwangi Kecamatan Garut Kota. Di Pasar Ceplak tersedia berbagai jenis makanan, mulai dari manis, asin, makanan ringan, sampai makanan berat.
Salah satu pedagang Dandi Juhendi (58) mengatakan, lokasi ini sudah ada sejak tahun 1962. Namun dulunya tidak seperti sekarang yang lebih ke kuliner.
Baca Juga:Polres Garut Siagakan Anggota, Antisipasi Kemacetan saat Malam Tahun BaruPemasangan APK di Garut Masih Ada yang Melanggar Aturan
“Jadi dulu mah Ceplak teh berbagai macam dagangan ada. Tukang peuyeum, pindang, bobodasan, dan jagong beledug,” ucapnya, Jumat 29 Desember 2023.
Namun seiring berkembangnya zaman, Pasar Ceplak fokus pada kuliner. Sedangkan dagangan lainnya sudah pindah ke Jalan Ahmad Yani dan Mandalagiri.
Dandi Juhendi menyebut, nama Ceplak memang sudah ada sejak zaman dulu. “Ceplak mungkin diambil dari bahasa Sunda ketika sedang makan tidak boleh bersuara,” katanya.
Ia mengaku merupakan generasi kedua yang berjualan di Pasar Ceplak. Jualannya sejak tahun 1986. “Jualan molen, onde, odading. Sementara untuk cibai itu sejak 15 tahun ke belakang,” jelasnya.
Di lokasi itu terdapat 97 roda jualan. Roda yang ada didominasi yang berjualan ayam. Dari 97 roda, 27 di antaranya penjual ayam.
“Meskipun saat ini hanya ada sekitar 15 roda saja akan tetapi ketika memasuki bulan Ramadan para pedagang ayam ini mulai ramai lagi,” katanya.
Perjalanan Pasar Ceplak di Garut
Pedagannya, kata Dandi Juhendi, tidak hanya warga lokal Garut. “Ada dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga Jawa Barat,” katanya.
Baca Juga:SOR Merdeka Kerkof di Kabupaten Garut Segera Miliki Wajah BaruTim Persigar Garut Terhenti di 8 Besar Liga 3 Seri 1 Jawa Barat
Sekitar tahun 200-0an Ceplak sempat dialihkan ke Islamic Center. Namun selama sembilan bulan penghasilan para pedagang turun drastis, sehingga pedagang memutuskan kembali ke Jalan Siliwangi.
“Sekarang Ceplak masih tetap berdiri meskipun saingannya banyak, seperti Kerkof, Sukadan, dan Jayaraga,” pungkasnya. (*)