TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Masyarakat tampaknya punya sikap yang ambigu menyikapi uang di Pemilu 2024. Di satu sisi paling dikhawatirkan, namun juga paling diharapkan.
Hal itu dipaparkan peneliti Indonesian Politic Research and Consulting, Idil Akbar. Di mana hasil survei populi center 29 Oktober – 5 November 2023) menunjukkan kekhawatiran masyarakat paling tinggi terkait jalannya pemilu 2024 yakni politik uang dengan angka 37,2%.
Namun dalam survei berbeda soal harapan masyarakat dalam kampanye calon Presiden. Di Jawa Barat yang memiliki populasi penduduk terbanyak, 38,2% mereka mengharapkan uang.
Baca Juga:Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Natal dan Tahun Baru 2024, Ada Sembako Murah di Kota TasikmalayaSengaja Atau Tidak, Kesalahan Penggunaan Anggaran yang Jadi Temuan BPK Bisa Jadi Korupsi
Idil Akbar mengatakan sikap masyarakat di dua survei tersebut cukup kontradiktif. Di mana politik uang paling dikhawatirkan, namun di sisi lain mereka mengharapkan uang juga. “Dikhawatirkan sekaligus diharapkan,” ungkapnya saat mengisi coffee morning KPU bersama awak media di Kebon Djati Eatery, Rabu (13/12/2023).
Namun politik uang sendiri tidak berpengaruh kepada keterpilihan. Pasalnya kebanyakan pihak-pihak yang datang ke peserta pemilu dan menjanjikan sekian banyak pemilih, pada akhirnya tidak terbukti. “Hanya klaim saja,” ucapnya.
Maka dari itu salah satu pekerjaan penyelenggara pemilu termasuk media massa, yakni harus lebih mengedukasi masyarakat. Supaya politik ini tidak melulu dikaitkan dengan uang apalagi untuk praktik money politic. “Meminimalisir masyarakat supaya (uang) tidak menjadi bahan utama atau orientasi,” ujarnya.
Sejurus dengan itu Ketua KPU Kota Tasikmalaya Asep Rismawan menerangkan bahwa money politik selalu menjadi fenomena di setiap hajat politik. Namun tetap saja bahwa secara regulasi, praktik money politic itu merupakan pelanggaran.
Untuk itu Asep mengajak media massa untuk turut serta mengedukasi masyarakat. Di mana pemilu merupakan proses untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas. “Pemilu yang berintegritas, menghasilkan pemimpin yang bisa menjawab harapan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, kesuksesan pemilu bukan sekadar soal tingginya partisipasi pemilih. Namun pemimpin yang dihasilkan figur pemimpin yang bisa membuat bangsa ini menjadi lebih baik. “Tetapi pasca pemilunya apakah sosok yang terpilih itu memang bisa menjawab harapan masyarakat,” imbuhnya.(*)