CIAMIS, RADARTASIK.ID – Pesta demokrasi lima tahunan selalu menyisakan hal-hal yang menarik untuk disimak. Salah satunya soal caleg stres yang kerap terdengar setelah perhelatan Pemilu usai.
Meski jumlahnya tak selalu banyak, namun hal ini mengindikasikan tingginya cost politik harus dikeluarkan sehingga membuat sebagian caleg mengalami depresi ketika mengalami kekalahan.
Pimpinan Ponpes Nurul Firdaus Dr Gumilar SPd MMCH CHt pNNLP mengatakan tren caleg depresi atau stres sendiri berangsur menurun.
Baca Juga:Waktunya UMKM Naik Kelas, Gerakan Perempuan Tangguh Upgrade Metode Pemasaran dan Pengemasan Produk LokalNih Kenalin Caleg Muda di Kabupaten Tasikmalaya: Muda dan Bisa Diandalkan!
Ini terlihat berdasarkan pengalamannya menangani caleg depresi ketika usai Pemilu setiap lima tahun sekali.
Jumlah caleg depresi menurutnya meningkat sejak tahun 2009, dimana saat itu partai baru bermunculan. Sehingga jumlah caleg juga menjadi lebih banyak.
“Pada saat pergantian sistem demokrasi yang tadinya ada tiga partai menjadi banyak partai sehingga banyak caleg mendaftar. Dari banyak caleg itulah yang mengalami gangguan kejiwaan relatif banyak yaitu ratusan caleg yang pernah mendapatkan perawatan praktek saya, mulai kejiwaan ringan, sedang, dan berat,” katanya kepada Radar, Minggu (10/12/2023).
Dari banyaknya pasien yang ia tangani, Gumilar kemudian menyimpulkan bahwa banyak dari mereka yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, awalnya hanya berniat untung-untungan.
Tidak mengandalkan pengalaman dan keterampilan dalam berpolitik. Sehingga banyak yang tidak siap ketika mengalami kekalahan dan berakhir stres atau depresi.
“Namun seiring pemilu berikutnya yaitu 2014 dan 2019 jumlahnya relatif menurun. Bisa mencapai puluhan,” ujarnya.
Penurunan tingkat gangguan kejiwaan para caleg ini, menurutnya, karena banyak dari mereka sudah memiliki kedewasaan berpolitik, kesiapan mental, serta kematangan sikap pola pikir, dan pola tindakan. Kemudian, kematangan keterampilan politik, belajar dari pengalaman yang sudah-sudah.
Baca Juga:GPT Bagikan Trik ‘Sulap’ Sampah Jadi CuanAkhiri Drama, H Andi Kembali Ditugaskan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Tasikmalaya
“Diprediksi tahun 2024 nampaknya caleg gangguan kejiwaan akan menurun. Karena mereka sudah siap dari pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sudut pandang tentang risiko muncul mengikuti Pemilu 2024,” paparnya.
Selanjutnya, bagi Caleg pasca Pemilu 2024 yang gagal masuk kursi dewan ketika timbul tanda-tanda gangguan kejiwaan, ia menyarankan segera memeriksakan diri ke rumah sakit ataupun lembaga terapi terdekat.