“Kemudian masalah meninggalnya anak berkebutuhan khusus, ini juga mengagetkan publik. Rata-rata orang tua yang diamanahi oleh Allah SWT memiliki anak berkebutuhan khusus tentu kesiapan psikologisnya harus double, ketimbang orangtua dengan anak normal. Ini banyak sekali kejadian, ketika psikologis anak berkebutuhan khusus tidak stabil , justru anak tersebut yang jadi sasaran. Didukung dengan, tingkat perekonomian yang rendah, pendidikan yang rendah,” kata Ipa menjelaskan.
Dari kedua kasus tersebut, Ipa mengingatkan bahwa itu merupakan ‘tamparan keras’ bagi orang tua dan pemerintah, dalam hal ini sebagai pemangku kebijakan dan penegakam hukum.
“Bagaimana pemerintah bisa meangkomodir, mengajak berkolaborasi semua pihak, baik dari civil society, lembaga-lembaga pemerintah, agar semakin massif dan konsisten berkelanjutan menyeluruh, untuk melakukan pencegahan di hulu,” ujarnya.
Baca Juga:Wellcome Sistem Merit ASN, Bye-Bye Sistem ‘Titip’Kota Tasikmalaya Terima Anugerah Meritokrasi, Pj Wali Kota: Terimakasih kepada Seluruh Perangkat Daerah
Lebih lanjut, Ipa menerangkan bahwa pemerintah harus punya upaya, memberikan pemahaman mensosialisasikan penanganan cara pengasuhan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
“Karena, banyak orang tua yang tidak siap memiliki anak berkebutuhan khusus, setelah memiliki mereka kebingungan bagaimana pola asuh yang baik. Kalau tidak tahu ilmunya, bisa stress, dan berpotensi melakukan kekerasan terhadap anaknya,” tandasnya. (Ayu Sabrina B)
Baca berita dan artikel lainnya di google news