TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah Tasikmalaya belakangan kian mengerikan.
Terbaru, kasus pembunuhan seorang perempuan muda oleh kekasihnya, kemudian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang juga dibunuh oleh orang tuanya sendiri yang sudah kadung viral.
Atas dasar itu, Direktur Taman Jingga, Ipa Zumrotul Falihah, mengingatkan pemerintah untuk gencar mengkampanyekan ‘stop kekerasan terhadap perempuan dan anak’.
Baca Juga:Wellcome Sistem Merit ASN, Bye-Bye Sistem ‘Titip’Kota Tasikmalaya Terima Anugerah Meritokrasi, Pj Wali Kota: Terimakasih kepada Seluruh Perangkat Daerah
Selama ini, menurutnya pemerintah hanya beraksi ketika terjadi kasus yang meluas di publik.
Hal itu, menunjukkan ketidakseriusan para pemangku kebijakan dalam mencegah bertambahnya angka kekerasan.
“Kasus-kasus terhadap perempuan dan anak yang kian marak terjadi, ketika penanganannya itu sudah jelas ada lembaga-lembaga tertentu di pemerintahan. Yang dibutuhkan saat ini adalah, pencegahan yang harus dilakukan oleh semua pihak utamanya adalah oleh pemerintah,” kata Ipa.
“Nah ini kan tidak konsisten, tidak berkelanjutan dan menyeluruh. Atau hanya dilakukan di daerah terentu. Ini butuh perhatian dan komitmen pemerintah dan semua pihak yang terkait, untuk bisa mengkampanyekan kekerasan terhadap anak dan perempuan, yang termasuk dalam kaum rentan, kaum yang sering jadi sasaran pelaku kekerasan,” lanjutnya.
Kendati demikian, Ipa juga menjelaskan bahwa pola asuh dari orang tua dan keluarga adalah faktor utama anak berperilaku.
Sebagai contoh, kedua sejoli yang dikabarkan sudah berhubungan badan, hingga berakhir pada terbunuhnya sang perempuan.
Pola asuh yang didapatkan dan diterapkan pada anak itu, bagi Ipa bisa dimulai dari pengetahuan-pengetahuan parenting yang diberikan lembaga perwakilan pemerintah, yang membahas secara menyeluruh.
Baca Juga:Pakai Sistem Merit, PNS Pemkot Tasikmalaya Diminta Jangan Lagi “Genit”7 Tanda Seorang Pria Mencintaimu dengan Tulus
Tidak hanya pola asuh anak yang baik, tetapi juga membekali anak pengetahuan cara melindungi diri dan tidak menjadi pelaku ataupun korban kekerasan.
“Ini tentu, balik lagi ke pola asuh di keluarga masing-masing. Bagaimana, menanamkan prinsip sehingga menjadikan anak bertanggung jawab bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Sehingga berpikiran rasional, yang tidak membahayakan hidup orang lain. Ini, korban dan pelaku sama-sama harus jadi pelajaran untuk generasi muda yang harus kita edukasi, agar melakukan sesuatu hal dipikirkan dahulu,” paparnya.