TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – 14 Februari 2024 nanti, puluhan mantan narapidana teroris di Priangan Timur mengincar lokasi TPS. Bukan untuk melakukan aksi radikal apalagi terorisme, namun mereka akan menggunakan hak suaranya di bilik suara yang ada di TPS.
Mereka adalah para mantan narapidana teroris di Priangan Timur di bawah Yayasan Ansharul Islam yang melakukan deklarasi pemilu damai di kantor Kesbangpol Kota Tasikmalaya, Senin (27/11/2023). Sebelumnya, mereka menganggap demokrasi dan pemilu merupakan bagian dari kekufuran.
Pantauan Radartasik.id, deklarasi tersebut dilaksanakan dalam silaturahmi bersama Kesbangpol Kota Tasikmalaya. Hadir pula dalam kesempatan tersebut perwakilan KPU serta Bawaslu.
Baca Juga:Bukan Hanya Utang Piutang Rp 24,6 Miliar, Komisi IV DPRD Sebut Banyak Penyakit di RSUD dr Soekardjo TasikmalayaANEH! Keluarga Pasien Klinik Alifa Tasikmalaya Belum Diberi Akses Informasi Rekam Medis
Ketua Yayasan Ansharul Islam Anton Hilman mengatakan bahwa Pemilu 2024 nanti akan menjadi momen pertama untuk dia nyoblos di TPS. Karena sejak lulus SD, dia sudah mendapat doktrin dan memiliki ideologi radikal di mana demokrasi merupakan kekufuran. “Karena kami berpikir demokrasi tidak sesuai dengan syariat Islam,” ucapnya.
Bahkan, saat itu dia sudah tidak sudi memberikan hormat atau pun mengibarkan bendera merah putih. Diakuinya, ideologi itu efek dari kurangnya literasi dan interaksi dengan masyarakat yang beraneka ragam. “Memang saat itu saya esklusif,” ujarnya.
Kini pandangannya terhadap demokrasi sudah berubah menjadi positif. Sehingga menggunakan hak pilih merupakan hal penting untuk dilakukan demi menyukseskan pemilu. “Pemimpin itu sangat dibutuhkan dalam sebuah negara,” tuturnya.
Dia pun mengajak semua pihak untuk bisa menjaga kondusivitas menjelang pemilu. Juga ikut menggunakan hak pilihnya di TPS dalam pemilu 2024 nanti. “Mari kita datangi pemilu 2024, dengan ikhlas, aman, damai,” katanya.
Hal serupa diungkapkan oleh rekannya Gilang Taufik (36) yang mengaku pernah sekali mengunakan hak pilihnya dalam pemilu. Namun setelah itu dia masuk ke kelompok radikal sehingga menganggap demokrasi dan pemilu adalah kekufuran. “Dulu kami berpandangan bahwa hal ini (pemilu) adalah hal yang salah, cenderung kepada syirik,” tuturnya.