RADARTASIK.ID – Banyak warga Palestina tak lagi punya rumah untuk kembali setelah 7 minggu serangan dan invasi darat Israel yang dimulai pada 7 Oktober.
Warga Gaza Ashraf Shann berbicara kepada Al Jazeera bahwa dia memiliki perasaan campur aduk tentang gencatan senjata.
”Saya tidak punya tempat untuk kembali bahkan jika (orang Israel) membiarkan kami kembali ke Kota Gaza,” ujar Ashraf Shann dikutip Al Jazeera.
Baca Juga:Perang Belum Usai, Israel Blokir Warga Palestina yang Ingin Kembali ke Gaza Utara, Masuk Zona PertempuranPrediksi Valencia vs Celta Vigo di Liga Spanyol 2023, Statistik, Skor, Susunan Pemain, dan Head to Head
”Rumah saya dibom dan hancur total pada hari ketiga perang,” ucapnya.
”Pada saat yang sama, saya senang bagi orang-orang yang kehilangan orang yang dicintai,” ungkap Ashraf Shann.
”Setidaknya mereka bisa mengumpulkan sisa-sisa dan mencoba mencarinya,” lanjutnya.
Warga Palestina Tak Lagi Punya Rumah
Zak Hania, warga Palestina yang terdampar dari kamp pengungsi Shati, menyebut semua hancur di Gaza.
”Kami tidak tahu apakah harus bahagia atau sedih,” ujar Zak Hania kepada Al Jazeera dari kota selatan Khan Younis.
”Rumah-rumah kami rusak, hati kami hancur, semuanya hancur di Gaza sekarang,” tuturnya.
”Kami tidak tahu bagaimana kehidupan akan berlanjut setelah ini,” ucapnya.
Ditanya apakah dia berencana pulang selama gencatan senjata, Hania menjawab: ”Kami tidak bisa pergi karena tentara Israel mengatakan tidak ada yang diizinkan kembali ke utara dan orang-orang takut dan ragu untuk pergi.”
”Saya pikir berbahaya untuk kembali karena mereka masih di jalan yang memisahkan utara dan selatan Gaza,” ungkap Zak Hania.
Baca Juga:Prediksi Newcastle vs Chelsea di Liga Inggris 2023, Statistik, Skor, Susunan Pemain, dan Head to Head4 Pemain Liverpool Pulih dari Cedera, The Reds Dapat Suntikan Energi Jelang Bentrokan Lawan Manchester City di Premier League
”Kami tidak yakin tentang apa pun dan kami hanya berdoa agar gencatan senjata berlangsung,” ucapnya.
Pemulihan Perang
Hani Mahmoud, melaporkan dari Khan Younis di selatan Gaza, bahwa fakta perang akan dilanjutkan dalam beberapa hari adalah kekecewaan besar bagi orang-orang.
”Ada rasa bahagia, rasa optimisme, tetapi itu adalah optimisme yang berhati-hati karena setelah 48 hari serangan udara dan pembunuhan tanpa henti, begitu banyak warga Palestina telah dikelilingi oleh kehancuran dan darah, serta jenazah orang-orang yang dicintai dan anggota keluarga,” tutur Hani Mahmoud.