Setelah salat magrib berikut wiridan selesai, Dede kemudian menemui pelaku. Selanjutnya, pelaku menceritakan A sampai Z, namun dari cerita pelaku cukup banyak yang menjadi pertanyaan.
Kemudian, kata Dede, di tengah perbincangan pelaku menanyakan di mana ada yang berjualan susu bayi dan terlihat ingin meminjam motor, namun tidak diberikan.
“Pelaku juga minta nomor rekening, saya anggap berbahaya. Akhirnya semua saldo saya ambil dulu dan disisakan Rp 100.000. Pelaku menjanjikan bahwa uang besok harinya akan cair,” ucapnya.
Baca Juga:Anggota PKK Desa Sukapancar Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya Dilatih Operasikan Komputer, Para Kader Diharapkan Semakin Melek Teknologi dan KomputerisasiPerkuat Silaturahmi dan Jaga Kebugaran, Radar Tasikmalaya dan KPAID Kabupaten Tasikmalaya Melakoni Laga Persahabatan Mini Soccer
“Besoknya, pelaku meminta santri untuk mendampingi ke BCA. Santri menggunakan motor miliknya sendiri, sedangkan pelaku bersama anak dan istrinya menggunakan motor milik saya,” ujarnya, menjelaskan.
Selanjutnya, Dede meminta kepada istri pelaku untuk diam saja menunggu, namun alasannya ingin sarapan di luar dan pada akhirnya sama-sama dengan santri menuju BCA.
“Kemudian di tengah perjalanan, santri yang mendampingi dipukul bagian bahunya. Kemudian santri merasa agak pusing dan seperti terhipnotis,” ujarnya.
Kemudian dalam perjalanan bensin motor santri kehabisan bensin dan harus mengisi dulu ke SPBU. “Seketika saat santri akan membeli bensin sebentar, pelaku hilang dengan membawa motor,” ucapnya.
Dengan adanya kejadian tersebut, Dede mengimbau agar kejadian ini menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat, terutama masalah orang baru kenal. Agar pesantren-pesantren yang lainnya pun lebih hati-hati ketika ada yang menawarkan sumbangan cukup besar.
Kemudian pelaku mencari kelengahan santri dan pesantren yang akhirnya membawa kabur sepeda motor. “Yang memiliki lembaga harus berhati-hati, ini menjadi perhatian bagi pesantren lainnya. Ketika melihat yang tidak kenal dan menawarkan bantuan,” ucapnya.
“Bukan masalah nominal, justru ini menjadi petaka atau musibah bagi pesantren atau pun yayasan. Ketika ada yang mengiming-imingi terkait masalah keunganan untuk membangun pesantren, itu jangan dipercaya. Apalagi tidak membawa kendaraan dan tidak kenal,” tegas Dede.