GARUT, RADARTASIK.ID – Dampak kekeringan mengakibatkan para petani banyak yang gagal panen. Hal itu berpengaruh terhadap harga sayuran di pasaran.
Kenaikan harga sayuran tersebut dikeluhkan para pedagang dan pembeli. Sebab kenaikannya yang dinilai terlalu tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Disperindag ESDM Kabupaten Garut Ridwan Effendi mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi kenaikan harga sayuran di pasar Kabupaten Garut.
Baca Juga:Ini Konsep Parkir di Kawasan Wisata Pangandaran yang DitawarkanAlun-Alun Kota Banjar Dinilai Berubah Fungsi, Dianggap Mirip Pasar
Ia menuturkan, dari sembilan pasar besar di Kabupaten Garut terdapat kenaikan yang signifikan berkaitan dengan sayuran.
“Kami mendapatkan informasi dari sembilan pasar besar di Garut. Kami menghimpun data dari pengelola pasar bahwa ada kenaikan yang sangat signifikan,” ucapnya, Senin 13 November 2023.
Banyak harga sayuran yang mengalami kenaikan, termasuk harga cabai di dalamnya. “Untuk cabai, terutama cabai rawit merah, semua komoditi cabai semuanya naik,” katanya.
Ia mengungkapkan yang paling tinggi adalah cabai rawit merah. Kenaikan harganya kisaran Rp 23 ribu yang awalnya Rp 52 ribu kini menjadi 75 ribu.
Harga Sayuran Merata di Seluruh Pasar Garut
Ridwan menjelaskan, kenaikan harga disebabkan para petani cabai pada musim tanam kemarin belum melakukan penanaman. Menunggu hujan normal. “Itu salah satu penyebabnya karena petani belum menanam,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, dengan tidak menanamnya para petani di musim tanam mengakibatkan stok cabai berkurang. “Stok cabai berkurang hampir merata di seluruh Kabupaten Garut, sementara permintaan pasar meningkat,” katanya.
Lebih lanjut ia menerangkan, harga sayur memang relatif tetap kecuali cabai. “Untuk kenaikan yang lain, ayam boiler ada kenaikan, sayuran relatif tetap kecuali cabai,” lanjutnya. (*)