CIAMIS, RADARTASIK.ID – Jangkar Ecovillage Ciamis mengungkap keprihatinan mereka terhadap kerusakan lingkungan di sekitar Gunung Sawal yang diduga disebabkan oleh ekspansi liar Penanaman kopi.
Diperkirakan, area penanaman kopi di hutan yang pengelolaannya di bawah Perhutani itu kini telah mencapai 2.000 hektare.
Ketua Jangkar Ecovillage Ciamis, Gun Gun Guntara mengatakan kawasan itu seharusnya tak diubah menjadi hutan produksi.
Baca Juga:Penarikan PBB-P2 Kabupaten Ciamis Masih Kurang Rp 2 Miliar1.032 Perangkat Desa “Healing” ke Jogjakarta, Bupati Ciamis: Mudah-Mudahan Tidak Ada yang Nakal
“Harapannya, Gunung Sawal dapat dikembalikan sebagai hutan, sebagai warisan leluhur, dan tidak menjadi hutan produksi,” ucap aktivis lingkungan itu dalam wawancara dengan Radar, pada Kamis (9/11/2023).
Menurutnya, terdapat dugaan perluasan ekspansi liar penanaman kopi di hutan yang dikelola oleh Perhutani.
Berdasarkan data dan hasil kajian Jangkar Ecovillage, dari sekitar 2000 hektar lahan yang ditanami kopi di Gunung Sawal, hanya 1500 hektare yang berizin.
“Ini diduga sebagai pembiaran dari pihak Perhutani dan semakin luas ke arah hutan larangan,” katanya.
Keputusan menjadikan Gunung Sawal sebagai hutan produksi dengan tanaman kopi dan pinus di area tersebut, konon telah mengakibatkan pengurangan debit air dan penurunan kualitas tanah.
Sehingga pada musim kemarau panjang seperti sekarang, tak ada lagi titik sumber air yang tersisa. Padahal dahulu tidak separah ini.
Guntara mengingatkan bahwa penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam penanaman kopi dapat memperburuk kualitas air dan tanah, serta berdampak pada sembilan kecamatan di sekitar Gunung Sawal.
Baca Juga:Akademisi Minta Perekrutan Komisioner KPU Dilakukan Secara TerbukaKorban Kasus Penipuan di Ciamis Ini Tak Menyangka Ditipu Teman Sendiri Setelah Kenal Lebih dari 8 Tahun
Meliputi kecamatan Panjalu, Panumbangan, Sadananya, dan lainnya, yang ia sebut telah mengalami dampak pencemaran air dan udara.
Guntara menyatakan urgensi menjaga kelestarian lingkungan untuk mencapai ketahanan pangan.
“Ketahanan pangan terkait erat dengan kelestarian lingkungan. Jika tidak, bisa berdampak pada masalah sosial dan ekonomi, seperti tingginya angka perceraian dan kemiskinan,” tambahnya.
Pengamat Kebijakan Kabupaten Ciamis, Tiwa Sukrianto, mendukung ide penanaman pohon besar di sekitar Gunung Sawal sebagai solusi untuk mengatasi masalah lingkungan.