“2015-2019 fokus di rawit. 2020 tergeruslah oleh Pandemi. Kita susah dapat profit, yang ada tergerus. Saya berpikir untuk mencari pemodal,”ujarnya.
“Mulailah 2020 silaturahmi. Saya berlabuh di komunitas bisnis, Indonesian Islamic Business Forum, nah bertemu di sana banyak pengusaha, salah satunya bertemu dengan pak Ohan, hingga komitmen membangun Agro Digital Tasikmalaya ini,” lengkap Ajis.
Bukan perkara mudah, membangun pertanian sekaligus pasar secara mandiri. Ajis bercerita bahwa jatuh bangun usahanya sejak keluar sekolah di tahun 2013 itu, kini membuahkan hasil yang manis.
Baca Juga:Pakar Ekonomi Ingatkan Pemkot Tasikmalaya Soal Rencana Pembentukan SPAM: Tak Boleh Bunuh Bisnis PesaingBPBD Kota Tasikmalaya Minta Warga Waspadai Hujan Angin dan Longsor
“Sebagian ini tanah sewa, karena ini tanah sudah bertahun-tahun tidak produktif. Dulu kan padi, tapi karena akses airnya sudah tidak ada jadilah lahan kosong yang tidak menghasilkan,” jelasnya.
Kini, ia bersama 8 petani tetap yang rata-rata berusia 25 tahun, mengelola usaha pertanian itu terus mencari inovasi, menjadikan Agro Digital Tasikmalaya sebagai wisata unggulan di Kota Tasikmalaya. (*)
Baca berita dan artikel lainnya di Google News