Disiplin dalam mengurangi penggunaan produk dengan kemasan plastik menurutnya akan lebih berdampak.
“Ada cara yang tidak memerlukan biaya besar, tapi bisa untuk mengurangi sampah. Seperti penegakkan disiplin, pengurangan ke tok-toko. Konsep itu sebetulnya sudah lama, seperti Lotte Mart, yang menggunakan limbah kardus itu untuk kebutuhan konsumen. Coba ditirulah, toh dia juga tidak bermasalah, jangan dijual, bisa dicontoh super market lain,” ungkapnya.
“Misalnya kemasan air minum. Kalau dalam agenda rapat 100 orang, pasti kan 100 sampah. Bisa gak, kalau pejabat kita membawa tumblr kemudian nanti bisa menyiapkan dispenser, itu kan lebih bijak,” kata Obech menegaskan.
Baca Juga:Cheka Kepincut Drone Air Waste Shark dan Vacuum Cleaner Sungai untuk Membersihkan Sampah59 Puisi Karya Hikmat Gumelar Dibedah dalam Bincang Buku di Universitas Siliwangi
Sementara komunitas peduli lingkungan, kata Obech, tak bisa diandalkan jadi motor penggerak. Masih memerlukan penegakkan dari pemerintah kota tentang budaya tidak buang sampah sembarangan.
“Komunitas peduli lingkungan, sebenarnya untuk kampanye saja. Tidak bakalan selesai sama komunitas lingkungan. Harus dari penumbuhan kesadaran, dengan penegakkan regulasi. Kemarin saja, 2600 relawan Kota Tasikmalaya saat WCD (World Clean up Day) turun ke pembersihan wilayah kota dan sungai. Apakah selesai? 2 jam kemudian kembali seperti itu,” paparnya.
Pemerintah Kota Tasikmalaya mesti jadi contoh dalam menerapkan budaya tersebut. Tidak hanya itu, slogan-slogan yang sudah mulai bosan didengar pun, kata Obech harus tetap digalakkan.
“Ini rakaat panjang, minimalnya kasih contoh bahwa Kota Tasikmalaya semua pejabat paham bahwa plastik itu bermasalah. Dari Pemkot dulu, nanti dinas-dinas pasti mengikuti. Karena, penggunaan tumblr itu sebelum masuk ke ruangan mengisi dulu,” ujarnya.
“Buat slogan-slogan yang mengingatkan untuk gak buang sampah sembarangan. Karena ini memang harus diingatkan, harus jadi budaya,”pungkasnya. (*)
Baca berita dan artikel lainnya di Google News