TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Budayawan Kota Tasikmalaya akan menggelar ritual Ngertakeun Cai.
Prosesi Ngertakeun Cai yang dilakukan oleh Paguyuban Sunda Ngahiji kerjasama dengan Disporabudpar ini sudah dimulai rangkaiannya. Yakni mengambil sampel air dari 4 penjuru Kota Tasikmalaya.
Sampel air berasal dari sumber air di sekitar makam Syeikh Jiwa Raga di Sukamenak Purbaratu, Syeikh Abdul Ghorib di Cibeas Kecamatan Kawalu, dari Cipawitra Mangkubumi, dan dari sumber air di Pendopo Bupati Tasikmalaya di Citapen.
Baca Juga:Akan Ada Pergeseran Pegawai Besar-Besaran di Kota TasikmalayaPeringati HUT Golkar ke-59, HM Yusuf Bakar Semangat Kader
Selanjutnya sampel air akan dibawa Tim Ngertakeun Cai ke Situ Cibeureum, Tamansari untuk “Dikawinkan”.
“Untuk 3 titik air sudah kita laksanakan prosesi pengambilannya, sementara si pendopo rencananya Jumat akan diambil airnya nanti diarak jalan kaki ke Situ Cibereum dan dikertakeun hari Sabtu 11 November,” kata Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat, Kamis (2/11/2023).
“Kenapa di sana? Sebab, kemarau bagaimana pun di kota kita, meski tidak banyak, air di situ itu ada saja. Surut tapi masih bisa bermanfaat. Beda dengan Situ Gede, saat kemarau mesti kering,” sambungnya.
Pengurus Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya itu menjelaskan, Ngertakeun Cai merupakan bagian dari cara bersahabat dengan alam.
Secara epistimologi, Ngertakeun Cai juga disebut sebagai upaya mensejahterakan sumber-sumber air. Dimana air merupakan elemen penting dalam peradaban manusia.
“Di setiap ada perairan baik sungai, danau, pasti ada peradaban di sana. Dalam istilah Sunda, Cai nu ngabedakeun adat-adatan. Gunung karakternya lembut, sungai cenderung survive, dan laut, identiknya keras,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Tatang, pegiat budaya lain memiliki misi dengan pelaksanaan ritual tersebut.
Baca Juga:Seniman Tasik Bode Riswandi Raih Terbaik ke-3 Lomba Baca Puisi tingkat Nasional Piala HB Jassin 2023Retribusi RPH dan DLH Kalah Oleh Swasta, Badan Anggaran DPRD Kota Tasikmalaya Minta Pemkot Serius Kerja Terheran-Heran
Selain sebagai wisata religi, juga diharapkan menjadi rekayasa budaya untuk mendongkrak destinasi kunjungan.
“Dan kami ingin kegiatan ini dijadikan agenda tahunan. Alhamdulillah direspons serius oleh Pemkot, dan tahun depan direncanakan ngertakeun cai menjadi agenda pembuka rangkaian HUT kota,” katanya. (*)