“Di Kota Tasikmalaya pada tahun 2019 terdapat 36,466 dimana termasuk 2 besar diagnosa penyakit yang diderita penduduk sesuai data.tasikmalayakota.go.id tahun 2020,”ujarnya.
Dengan adanya peningkatan ini harus mendapatkan perhatian yang serius. Mengingat hipertensi di Indonesia menjadi kontributor tunggal utama terjadinya penyakit jantung, gagal ginjal dan stroke. Karena, hipertensi merupakan risiko utama terjadinya stroke yang terjadi secara mendadak dan dapat berakhir dengan kematian atau kecacatan yang menetap, sehingga produktivitas dan kualitas hidup klien akan menurun, bahkan klien akan menjadi sangat bergantung pada keluarga atau orang- orang di dekatnya.
“Oleh karena itu, harus dilakukan upaya untuk pengendalian. Upaya strategis dalam mengendalikan risiko penyakit tidak menular mengacu pada penerapan strategi paradigma sehat yang diantaranya penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Baca Juga:Terkumpul Rp 17 Juta untuk Palestina, SMA Al-Muttaqin Galang Donasi Kemanusiaan6 Tips Lancar Berbahasa Inggris
Dengan pendekatan ini termasuk pada Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Kelarga (PIS-PK), penguatan upaya pemberdayaan masyarakat dengan penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) serta gerakan masyarakat hidup sehat.
“Sebagai implementasi dari tri dharma perguruan tinggi, Dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya melaksanakan pelatihan pengendalian hiperetnsi, sebaga upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya akan didukung oleh petugas puskesmas agar kader Posyandu Lansia dapat mengembangkan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif,” ujarnya.
Mengingat, kondisi saat ini kemampuan kader posyandu masih terbatas sehingga diperlukan pelatihan. Terkait dengan pengelolaan bagaimana kader bisa melakukan tahapan kegiatan posyandu dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.
“Berdasarkan studi lapangan diskusi dengan pemegang program lansia di Puskesmas Cigeureung didapatkan data bahwa kader Posyandu Lansia di Kelurahan Nagarasari ada 22 orang. Itu yang merupakan perwakilan tiap posbindu (1 posbindu 1 orang) dimana 8 orang pernah mengikuti pelatihan dan 12 orang belum mengikuti pelatihan,” katanya.
“Dengan kegiatan yang rutin dilaksanakan di posbindu diantaranya pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah, penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas,” ujarnya.
Oleh karenanya, sesuai dengan fenomena di atas, menindaklanjutinya dengan melakukan pengabdian masyarakat dengan tema optimalisasi peran kader Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Hipertensi di Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cigeureung.