TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Keberagaman, jadi topik utama dalam acara penutupan rangkaian Milangkala atau Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke-22.
Dalam kegiatan refleksi Milangkala yang digelar di sepanjang area Batu Andesit, Taman Kota Tasikmalaya, pada Sabtu (28/10) malam, sejumlah tokoh lintas agama dan etnis hadir.
Beralaskan karpet tipis, pejabat, pemuka agama, seniman, bersama masyarakat duduk menghadap sebuah panggung yang diterangi lampu sorot, sambil menundukkan kepala untuk berdoa di akhir acara milangkala.
Baca Juga:Pj Wali Kota Tasikmalaya Siapkan Event Kejutan Berskala Nasional Pasca Hari JadiDilalap Si Jago Merah, Toko Bangunan di Jalan Cimuncang Merugi Hampir Rp 120 Juta
Kiai dan pendeta, secara bergantian memimpin umatnya untuk mendoakan Kota Tasikmalaya yang genap berusia 22 tahun itu.
Ashmansyah Timutiah, Ketua Komunitas Cermin, menerangkan konsep kegiatan malam itu untuk menepis sikap intoleransi di tengah keberagaman masyarakat Kota Tasikmalaya.
“Sangat penting kita membuka ruang diskusi, di sini sebagai penutup rangkaian ulang tahun Kota Tasikmalaya. Kita duduk bersama beralaskan bumi Tasikmalaya, beratapkan langit Tasikmalaya, dengan adanya bulan purnama,” katanya dari atas panggung.
Pria yang akrab disapa Acong itu, lantas menyebutkan satu per satu tokoh masyarakat yang diundang. Kemudian ia menjelaskan maksud dari gelaran itu.
“Ini adalah usaha kita untuk menghilangkan sekat-sekat intoleransi, karena harus terus diusahakan. Kadang-kadang kita lupa, kadang-kadang kita pun suka arogan, maka kita harus saling mengingatkan. Di Tasikmalaya, ada orang Batak ada orang Chinese yang ber-KTP Tasikmalaya, apakah dia bukan warga Kota Tasik? Dia adalah saudara kita,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Penjabat Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah turut hadir dan mengapresiasi gelaran yang diusung dengan tema ‘Hana Nguni Hana Mangke, Tan Hana Nguni Tan Hana Mangke’ itu.
“Hari ini merupakan hari di mana rangkaian ulang tahun Kota Tasikmalaya yang ke-22 ini, ditutup, diakhiri dengan kegiatan yang maha penting. Hana Nguni Hana Mangke, Tan Hana Nguni Tan Hana Mangke. Artinya, adanya hari ini itu dikarenakan adanya hari kemarin. Kalau tidak ada kemarin, maka tidak ada hari ini. Sehebat apapun, semeriah apapun, secanggih apapun Kota Tasik, hari ini adalah hasil karya dari yang sebelum-sebelumnya,” ucap Cheka saat memberikan sambutan di hadapan ribuan masyarakat.