Hal ini memerlukan lebih dari 13.000 filter, 13.000 tabung penampung darah, dan 26.000 kanula darah per bulan. Namun, akses ke pasokan ini seringkali terhambat karena pembatasan yang diterapkan oleh Israel dan Mesir yang menguasai perbatasan wilayah tersebut.
Jalur Gaza telah berada di bawah blokade Israel selama 16 tahun, yang telah membuat pergerakan barang sangat terbatas oleh Israel dan Mesir.
Blokade semakin diperketat sejak 7 Oktober, menyusul serangan sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas di Israel selatan.
Baca Juga:Ahmad Dhani Menang Banyak, Janjikan Dandim-Kapolres Naik Pangkat Saat Konser di TasikEksotis! Pantai Pandawa Bali Bisa Jadi Tempat Liburan Tak Terlupakan
Sejauh ini, hanya beberapa lusin truk bantuan yang diizinkan masuk, yang merupakan jumlah yang jauh lebih sedikit dari bantuan yang diperlukan. Sebelum perang, sekitar 450 truk masuk setiap hari membawa perbekalan.
Direktur Jenderal Rumah Sakit Martir Al Aqsa, Abu Zaher, mengatakan sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza telah mencapai titik kritisnya.
Saat ini, 12 rumah sakit dan 32 pusat kesehatan telah terpaksa berhenti beroperasi karena kurangnya bahan bakar dan serangan Israel.
Namun, membuka pintu rumah sakit yang tersisa di Jalur Gaza tidak berarti bahwa fasilitas ini mampu merawat orang-orang terluka yang datang ke sana.
Banyak obat-obatan dan persediaan medis telah habis di rumah sakit. Tanpa bahan bakar, pasien yang memerlukan operasi, unit perawatan intensif, bayi di inkubator, dan orang lain yang bergantung pada mesin penyelamat nyawa semuanya berisiko.
Pasien telah dipindahkan ke tenda luar ruangan karena kurangnya tempat tidur di dalam rumah sakit.
Namun, situasi ini meningkatkan risiko infeksi serius karena kerumunan yang padat dan kurangnya pasokan medis yang memadai.
Baca Juga:Capres-Cawapres Terakhir Mau Daftar Besok, Hubungan Keluarga Jokowi dengan Megawati Bagaimana?Bandara Wiriadinata Tasikmalaya Kembali Sepi Pasca Citilink Putus Kontrak Layanan dengan CV AMS
Saat perang berakhir, kemungkinan akan ada bencana kemanusiaan yang perlu ditangani.
Dengan sumber daya yang semakin menipis dan akses terbatas, para pekerja medis di Gaza berjuang untuk memberikan perawatan yang diperlukan kepada mereka yang membutuhkannya. (*)