GAZA, RADARTASIK.ID – Rumah Sakit Al Aqsa adalah satu-satunya fasilitas medis yang masih beroperasi di tengah-tengah konflik Hamas-Israel di Jalur Gaza.
Dilansi Al Jazeera, kini rumah sakit Al Aqsa berada dalam situasi kritis akibat kekurangan sumber daya dan peningkatan jumlah pasien.
Beberapa hari yang lalu, Rumah Sakit Al Aqsa mencapai kapasitas penuh. Saat ini, pasien yang terluka terpaksa berbaring di lantai, sementara tenda medis dan kasur telah dipindahkan ke luar gedung, dengan mayat terus berdatangan ke fasilitas ini.
Baca Juga:Ahmad Dhani Menang Banyak, Janjikan Dandim-Kapolres Naik Pangkat Saat Konser di TasikEksotis! Pantai Pandawa Bali Bisa Jadi Tempat Liburan Tak Terlupakan
Selain itu, ribuan pengungsi Palestina yang mencari perlindungan di Rumah Sakit Al Aqsa, mengisi setiap koridor dan ruang tunggu.
Sementara itu, banyak pasien dengan penyakit kronis yang biasanya dirawat di rumah sakit di utara Jalur Gaza yang terkepung telah dievakuasi ke Rumah Sakit Martir Al Aqsa, setelah perintah evakuasi dari militer Israel.
Bagi pasien dengan masalah ginjal, perawatan dialisis adalah masalah hidup dan mati.
Sebelum serangan terbaru Israel dimulai pada tanggal 7 Oktober, rumah sakit tersebut merawat sekitar 143 pasien yang memerlukan dialisis.
Saat ini, jumlah pasien ini meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 300 orang, termasuk 11 anak-anak, dan semuanya hanya memiliki akses terhadap 24 mesin dialisis.
Iyad Issa Abu Zaher, direktur jenderal rumah sakit tersebut, mengungkapkan bahwa fasilitas ini kewalahan dengan peningkatan beban ini.
“Kami telah mengalokasikan semua sumber daya dan persediaan medis yang kami miliki,” katanya.
Baca Juga:Capres-Cawapres Terakhir Mau Daftar Besok, Hubungan Keluarga Jokowi dengan Megawati Bagaimana?Bandara Wiriadinata Tasikmalaya Kembali Sepi Pasca Citilink Putus Kontrak Layanan dengan CV AMS
“Pasien ginjal sekarang hanya bisa menjalani dialisis sekali atau dua kali seminggu selama satu atau dua jam, padahal sebelumnya mereka menjalani perawatan tiga kali seminggu,” sambungnya.
Bahkan sebelum perang, Kementerian Kesehatan Gaza telah memperingatkan bahwa nyawa 1.100 pasien gagal ginjal, termasuk 38 anak-anak, berada dalam ancaman serius akibat kekurangan bahan bakar dan persediaan medis yang diperlukan untuk dialisis.
Bulan lalu, Alaa Helles, direktur Departemen Farmasi Rumah Sakit di Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan bahwa rumah sakit-rumah sakit di wilayah tersebut menyediakan lebih dari 13.000 sesi dialisis setiap bulan.