Si Hijau yang Membawa Kesejahteraan, Desa Tanjungpura Jadi Sentra Selada Hidroponik di Jawa Barat

Desa
Kepala Desa Tanjungpura Ujang Hartono menunjukkan selada hidroponik yang siap panen. Saat ini, Desa Tanjungpura menjadi penghasil selada terbesar di Jawa Barat. (Lisna Wati / Radar Tasikmalaya)
0 Komentar

Terlebih sayuran yang dibudidayakan yakni selada, sayuran yang kini disukai generasi milenial. “Kebutuhan selada sedang naik, seiring dengan makin banyaknya menu kekinian yang menggunakan bahan selada seperti salad, burger dan menu kafe lainnya,” katanya.

Cara budidayanya pun mudah karena menggunakan sistem hidroponik. Sistem ini membantu memecahkan masalah tanpa menggunakan ruang atau air yang berlebihan, namun tetap dapat menghasilkan sayuran lebih cepat daripada metode penanaman tradisional.

“Ini menjadi solusi dari permasalahan tanah tadah hujan yang menghambat produktivitas petani Tanjungpura selama ini. Dengan cara hidroponik, produktivitas tidak tergantung cuaca,” katanya.

Baca Juga:Jangan Dilepas, Ini Fungsi Penting dari Spakbor Sepeda MotorSDN Citapen Tasikmalaya Siap Gelar ANBK dengan Sarana Lengkap

Bahkan, budidaya selada hidroponik ini lebih cepat pertumbuhannya, jika menanam padi membutuhkan waktu sekitar 3 bulanan untuk panen, maka selada hidroponik bisa panen 20 hari sampai 30 hari sekali. Sehingga bisa lebih cepat meraup untung.

“Setelah mengetahui potensi yang besar, masyarakat pun mulai tertarik untuk budidaya selada hidroponik,” ujarnya. Dari yang sebelumnya hanya 1.000 pot, kini Desa Tanjungpura budidaya 170 ribu pot selada.

“Awalnya hanya 7 orang masyarakat desa yang budidaya selada, kini menjadi 70 orang dan sudah dibuat koperasi. Di antaranya ada yang pindah dari bertani padi ke budidaya selada,” katanya.

Untuk pangsa pasarnya, sambung ia, awalnya selada hidroponik Desa Tanjungpura diserap pasar tradisional Rajapolah. Kini bisa tembus pasar modern seperti ke Plaza Asia, Transmart, Lotte Mart dan ke agen-agen di Jakarta dan Lembang.

“Permintaan pasar terhadap selada ini tinggi. Untuk di Tasikmalaya saja kebutuhannya 5 kuintal hingga 1 ton per hari, kami baru bisa memenuhi 4 kuintal,” terangnya.

Ia mengatakan, pihaknya bisa menembus pasar yang luas karena beberapa faktor. Pertama karena kualitas selada unggulan yang lebih renyah, manis dan tidak mudah layu. Selain itu karena faktor kontinuitas.

“Pasar modern itu membutuhkan kepastian kontinuitas. Kami mampu menjaga kontinuitas produksi sehingga mereka bisa mendapatkan barang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan setiap harinya,” katanya.

DIBANTU BANK INDONESIA JADI DESA BERDIKARI

Baca Juga:Cegah Bullying, Bangun Empati di SekolahSandal Eiger Nyaman dan Kuat, Tersedia di Eiger Plaza Asia Tasikmalaya

Ujang menceritakan, selada ini membawa kesejahteraan karena mampu mendulang laba yang besar. Dalam 1 pot atau lubang menghasilkan selada seberat 200 gram, jika ada 1.000 pot maka mampu menghasilkan 2 kuintal selada. Harga jualnya Rp 10 ribu per-kilogram, dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) hanya Rp 350 ribu.

0 Komentar