TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tasikmalaya memiliki perempuan spesial bernama Rina Marlina warga Ciherang Kecamatan Cibeureum. Saat ini dia menjadi atlet para-Bulutangkis mewakili Indonesia dalam 4th Asian Para Games yang berlokasi di China.
Beberapa tahun terakhir, Rina memiliki karier yang cemerlang di dunia oleh raga para-bulu tangkis dan sudah rajin meraih medali emas. Bukan hanya di event tingkat nasional, namun juga internasional dan mengharumkan nama Indonesia.
Perjalanan hidup Rina sampai di titik ini terbilang sebuah keajaiban yang diwujudkan melalui semangat. Di mana perempuan spesial dengan tinggi badan 135cm ini berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Baca Juga:Soal Kampanye Ahmad Dhani Ajak Coblos Mulan Jameela di Konser Dewa19, Bawaslu Kota Tasikmalaya Angkat TanganPameran di Dadaha Sudah Selesai, Tapi Tenda Tetap Terpasang, Pedagang Tetap Jualan
Selepas ayahnya meninggal, Rina hanya tinggal berdua bersama ibunya di Cibeureum. Saat itu sang ibu menjadi tulang punggung untuk bisa menghidupi dan menyekolahkan perempuan spesial ini meski hanya sampai lulus sekolah dasar. “Karena masalah ekonomi, saya hanya sekolah sampai SD,” ucapnya saat dihubungi Radartasik.id, Minggu (24/10/2023)
Sebagai anak tunggal, setelah lulus SD dia pun ikut bersama ibunya menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di Bandung. Mereka bekerja di rumah sama dengan berbagi tugas. “Ibu urusan dapur dan saya baby sitter,” jelasnya.
Kendati demikian, sekitar tahun 2009 ibunya mengalami sakit dan berhenti menjadi ART. Rina pun meneruskan pekerjaan itu sendirian karena ibunya harus istirahat dan pulang ke Tasikmalaya. “Tapi karena ibu sakit-sakitan tidak ada yang jaga akhirnya saya juga pulang,” terangnya.
Di Tasik, ibu Rina kerja serabutan sambil berjualan cilok dan kadang menjadi buruh tani. Rina pun tidak mau berdiam diri dan ikut mencari nafkah menjadi tukang ojek. “Ojek biasa (pangkalan) karena dulu kan belum ada ojek online,” terangnya.
Karena di samping rumahnya itu ada GOR yang biasa jadi tempat tanding bulu tangkis, Rina pun sering nongkrong di sana. Yakni diminta jadi wasit ketika bapak-bapak tanding dan menjadi perjalanan awal ketertarikannya pada bulu tangkis.