Di situ ketertarikannya kepada bulu tangkis muncul di mana dia suka minta kok bekas dari GOR. Dia mainkan di rumah, itu pun bukan menggunakan raket. “Dulu saya pakai piring seng,” tuturnya.
Di usia remaja itu, Rina mengaku sudah punya mimpi menjadi atlet bulu tangkis. Karena perempuan tersebut sering membayangkan dirinya bertanding di sebuah lapangan profesional. “Sudah ada halu (mimpi), bagaimana kalau nanti saya bisa bertanding di lapangan yang bagus dengan penonton yang banyak,” ucapnya.
Melihat kegemarannya pada pada olahraga tersebut, Aminah, sang ibu menyisihkan uang dan membelikan Rina raket yang saat itu harganya Rp 100.000. Menurutnya itu raket pemberian sang ibu pada saat itu kualitasnya sudah terbilang bagus.
Baca Juga:Soal Penerbangan Pesawat Citilink yang Tidak Jelas, Ini Kata Ketua DPRD Kota TasikmalayaPerhatian! Banyak Jalan Ditutup Saat Event Pasanggiri Helaran Budaya, Buat Yang Mau ke Dadaha Untuk Makan Bakso Gratis di Festival Baso Tasikmalaya Harus Cari Jalur Alternatif
Tidak bisa dipungkiri sindiran selalu ada dari orang-orang di sekitarnya. Karena bulu tangkis seolah tidak cocok dengan perekonomian keluarganya, di tambah dengan postur tubuhnya yang terbilang di bawah rata-rata. “Ya biasa lah itu suka ada,” terangnya.
Memiliki raket membuat Rina semakin gemar main badminton. Bahkan terbilang jago sehingga banyak ibu-ibu yang minta ditemani untuk tanding dengan iming-iming akan dikasih upah. “Di situ jadi makin sering tanding dari GOR ke GOR,” ucapnya.
Sampai akhirnya dia ikut lomba bulu tangkis tingkat Jawa Barat di Rajapolah. Dari situ dia dilirik oleh pengurus NPC Kabupaten Tasikmalaya sampai akhirnya kini menjadi atlet nasional para-bulutangkis.
Beragam medali sudah dia raih dari mulai event-event nasional juga internasional. Maka dari itu, tekadnya untuk kembali meraih medali emas di 4th Asian Para Games sangat kuat.(*)