“Bukan hanya Sunda dan Jawa, tapi ada bahasa Melayu, Papua, Sulawesi dan banyak lagi yang memang kadang bagi sebagian orang asing saat didengar,” jelasnya.
Athif mengatakan, selain menunjukan orasi bahasa daerah, festival menampilkan pakaian adat daerah, makanan khas hingga adat-adat kebudayaan.
“Kami harapkan festival ini jadi sarana komunikasi antara warga dan para siswa yang beragam,” singkatnya.
Baca Juga:Cegah Bullying di Sekolah, Forkopimda Kota Banjar Edukasi SiswaPenerangan di Pantai Batukaras Pangandaran Minim, Dinilai Berpengaruh pada Kunjungan Wisata
Perwakilan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Toto mengatakan Festival 28 Bahasa berdampak positif pada kemampuan para siswa.
“Kita lihat bagaimana anak-anak dikembangkan potensinya, untuk berorasi, berpidato, berinovasi, ini yang kita harapkan,” ucapnya. (*)