JAKARTA, RADARTASIK.ID – Bukan Cikarang, atau Jakarta yang menjadi wilayah dengan tingkat suhu terpanas selama musim kemarau 2023.
Rekor suhu terpanas selama musim kemarau tahun ini dicetak oleh daerah Kertajati di Kabupaten Majalengka dan Kota Semarang.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofosika atau BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan jika kedua wilayah ini secara bergantian memegang rekor sebagai wilayah dengan suhu terpanas berdasarkan hasil pemantauan hingga tanggal 1 Oktober 2023.
Baca Juga:Prediksi Musim Hujan di Pulau Jawa Menurut BMKG Tidak Akan Lama LagiPemkot Tasik Kumpulkan Orang-Orang Sukses di Hotel Grand Metro, Ada Apa Ya?
“Hingga 1 Oktober, Semarang dan Kertajati di Kabupaten Majalengka bergantian mencatat suhu tertinggi harian 38 derajat celcius,” ungkap Dwikorita dalam wawancara daring di televisi CNBC akhir pekan kemarin.
Ia menerangkan bahwa pada tanggal 6 Oktober suhu di kedua wilayah ini berkisar antara 38,6 derajat celcius dan keesokan harinya di tanggal 7 oktober 38,8 derajat Celcius.
Dwikorita juga menyebutkan jika yang terjadi di Indonesia bukanlah gelombang panas, melainkan kenaikkan suhu panas yang diakibatkan beberapa faktor.
Pertama adalah akibat anomali iklim seperti El Nino yang terjadi di Samudera Pasifik bagian Ekuator Timur yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan hujan
Bagian ekuator ke selatan bersih dari awan hujan sehingga sinar matahari langsung menerpa permukaan bumi terutama lautan yang memancarkan kembali hawa panas.
2. Gerak semu matahari
Matahari melakukan gerak semunya yang terjadi selama periode September-Oktober, hal ini memberikan efek pada pancarannya yang membuat suhu permukaan bumi menjadi lebih panas dibanding biasanya.
Wilayah Pulau Jawa dan dan Sumatera akan merasakan suhu yang lebih panas dari biasanya dan intens.
Baca Juga:Perampingan Dinas di Kota Tasikmalaya Akan Membuat Beberapa Kursi Jabatan Hilang2 Pemuda Terlibat Pertarungan Jalanan Usai Mabuk Bareng di Sekitar Taman Kota Tasikmalaya
“Angin dari arah australia yang kering juga menyebabkan kelembapan lebih rendah sehingga kemarau terasa lebih menyengat,” jelas Dwikorita. (*)
Baca berita dan artikel lainnya di Google News